Sekolah pun berakhir. Galih, aku dan Ata pulang bersama. Aku sempat bertukar sapa pada kakak kelas yang menjadi lawan bermain sepak bola tadi siang dan kembali sibuk pada keduanya.
"Kenapa kau ikut kami pulang? Arah rumahmu kan bukan kesini," tanya Ata. Dalam hati aku menyetujuinya meskipun Galih sering menempel padaku tapi dia sekali pun tidak pernah ikut pulang bersama.
"Santai dong, aku cuman mau ke rumah tanteku." Aku dan Ata seperti biasa saling pandang dan mengangguk paham. Kami pun mulai kembali berjalan. Saat masuk gang, beberapa tetangga yang rumahnya ada disana sudah dipenuhi warga, selain itu ada ambulans dan perawat lainnya yang datang.
"Sudah kuduga, pasti disini juga terkena penyakit," gumam Galih tanpa sadar. Aku dan Ata refleks melihatnya.
"Apa maksudmu? Jadi kau mengikuti kami bukan karena pergi ke rumah tantemu?!" Ata menatap Galih penuh curiga. Laki-laki dengan rambut ikal itu hanya cengengesan.
"Maaf, mamaku suru cari informasi di gang ini, soalnya tadi malam tetanggaku tiba-tiba masuk rumah sakit, katanya kena penyakit dari orang-orang luar," bisiknya.
Selalu saja berhubungan dengan orang luar. Tidak ada sehari kalau tidak menyangkut mereka. Aku tidak tahu penyakit apa lagi yang dibawanya sampai menyebar ke negara Indonesia tempatnya desa kami.
Aku langsung menemui warga yang ada di TKP. "Maaf bang. Si teteh kenapa itu?"
Laki-laki yang brewokan itu melihatku dengan wajah cemas. "Sakit, tiba-tiba pengsan. Katanya dari kemarin demam. Gak hanya dia, tadi pagi 3 orang serentak masuk rumah sakit, ngeri uy."
Diam-diam aku keluar dari kerumunan dan bertemu Ata dan Galih. "Buruan kalian pulang, di gang ini banyak penyakit takutnya nular."
Galih tanpa menjawab pun sudah lari terbirit-birit. Sedangkan aku dan Ata berpisah di pertigaan gang dan pergi ke rumah masing-masing.
Sesampainya di rumah aku disambut Asa dengan wajah khawatir. "Gunanya hape itu untuk apasih?! Dari tadi aku telepon gak di angkat!"
Aku merogoh ponselku yang ada disaku. Disana tertera di layar 10 panggilan tak terjawab dari 5 pesan darinya yang lupa kulihat.
"Maaf, ada apa Sa?" Gadis itu langsung mengelilingiku dan menyemprotnya hentaizer di seluruh tubuhku.
"Sekarang musim sakit, tadi aku liat berita ada virus baru yang berasal dari luar negeri. Sekarang kita harus waspada, dengan menyemprotkan Ini setidaknya dapat mencegah kuman dan virus bersarang pada tubuhmu."