Anak Desa

Nicanser
Chapter #21

Perbesar jalan

"Sa! Kau gak ada kerjaan sampai berkelahi, hah?! Sini baku hantam dengan ku kalau bosan!"

Asa terus mengomel, entah dari siapa dia mendapatkan kabar itu, yang aku tahu pasti dari Mao sendiri. Dia berbicara panjang lebar sambil membersihkan rumah_tepatnya hari minggu, hari bersih-bersihnya.

Aku tidak menggubrisnya karena sibuk mengerjakan tugas dari ibu guru cina itu. Yang menjengkelkan lagi, pelajaran itu di hari Senin, awal hari yang tidak menyenangkan.

"Kalau dibicarakan itu dengerin, sa!" Asa sampai menjewer telingaku saking emosinya.

Aku menepis tangannya cepat sambil meringis sakit. "Apasih! Orang ngerjain PR juga!"

"Tumben ngerjain PR, emang PR apaan?" tanyanya penasaran, kemudian merampas buku itu dari tanganku. Matanya meneliti kemudian berseru.

"Tanya aja Mao! Nanti aku telpon dia!"

Aku mengembuskan napas pelan. Baru saja aku ingin menghindarinya dengan belajar sendiri, Asa malah ingin mempertemukan kami lagi.

Segera aku berjalan diam-diam membawa buku itu pergi sementara Asa mulai sibuk mengotak-atik ponselnya.

Aku janjian akan menemui Ata di rumah kayu milik Rohan saat laki-laki itu kerja lembur di hari Minggu.

"Tumben mau ngerjain PR, biasanya juga bodoamat," sahut Ata melihatku membawa buku.

Padahal memang kenyataan begitu, tapi aku takut terlihat bodoh di depan guru cina, karena dia pasti akan menyuruh Mao untuk mengajariku.

"Biar gak dibodohin sama orang luar," jawabku malas dan mulai membuka gugel di ponsel.

Ata tidak menyahut lagi. Matanya mulai fokus melihat ke arah awan yang menunjukkan tidak ada tanda-tanda hujan akan berhenti.

Lihat selengkapnya