Anak Desa

Nicanser
Chapter #35

Kehidupan dewasa

Bekerja di perusahaan tidak semulus yang aku ceritakan, ada juga bagian tersulit yang bikin mental down. Orang-orang cina akan memarahi kami kalau tidak sesuai dengan apa yang mereka mau. Aku juga dimarahi karena bajuku tidak kotor, padahal aku sudah merasa paling kotor diantara lainnya. Mungkin karena aku paling putih jadi tidak dianggap, itulah afirmasi positif yang selalu aku tanamkan dalam otakku agar tetap semangat bekerja.

Kadang juga mereka memperlakukan kami sangat kasar, dia menyuruh kami melakukan tugas menggunakan kakinya, menyuruh kami ini dan itu  padahal pekerjaan satu belum terselesaikan. Aku benar-benar dibuat tertekan. Ditambah dengan adanya masalah sepele antar karyawan, indo dan cina. Mereka berdebat soal pekerjaan dan berakhir baku pukul. Orang-orang seperti mereka biasanya langsung dikeluarkan l, tidak ditoleransi apa pun itu.

Di perusahaan kami diajari cara disiplin, aku harus cepat beradaptasi dengan pekerjaan jangan lambat. Setiap bulan sekali ganti sif, kadang malam dari jam 3 sore sampai jam 11. Kadang juga dari pagi jam 7 sampai jam 3 sore. Aku merasa tidak punya waktu istirahat, dan hanya tidur saat sampai dirumah.

Tapi itu lebih baik dari pada aku menganggur dan minta uang sama Asa. Setiap bulan juga aku gajian dan uang itu cukup untuk keseharianku, tapi masalahnya entah kenapa uang itu lebih dulu habis sebelum bulan berganti. Pengeluaran lebih banyak ketimbang pemasukan.

Hidup monoton membuatku kadang malas pergi kerja dan ingin membuat SKS saja, alasannya karena aku selalu menyaksikan kematian yang begitu dekat disana, ada saja kecelakaan kerja yang tidak ingin aku saksikan, seperti kasus orang cina yang diinjak truk, kepalanya sampai pecah hingga otaknya berhamburan.  Kedua Selebgram perusahaan yang terbakar di ruang pemanas, hingga tidak menyisakan apa pun. Ketiga yang terkena baling-baling halikopter saat mendarat hingga merenggut nyawanya detik itu juga. Keempat jatuh dari ketinggian, ke lima dan ke enam aku tidak sanggup menyebutkannya.

Bayangkan kau hanya ingin pergi kerja tapi malah menyaksikan itu semua dan pulang istirahat dengan pandangan kosong. Hidup jadi terasa berotasi pada hal-hal seperti itu. Aku merasa jadi butuh refreshing, padahal aku belum lama bekerja.

Lingkungan kerja yang cukup menyeramkan, di tambah patner kerja yang toxic. Kalau di ingat kembali pak Anca benar, jangan percaya pada namanya pertemanan karena dinding perusahaan itu tembus, semua orang akan tahu rahasia mu. Meski begitu, kayaknya semua lingkungan kerja juga bakal sama tidak ada yang beda, semua orang harus cerdas mengatasinya.

Lihat selengkapnya