Anak Desa

Nicanser
Chapter #39

Pernikahan Asa

Bertambah dewasa membuat Asa berpikir akan berkurangnya umur dan segera meninggal dunia.  Hal itu mempengaruhi perspektifnya untuk segera menikah agar tidak jadi perawan tua.

Aku tidak menyangka setelah pertemuan kami dengan ayah dia memberitahukan hal penting itu. Padahal sebelumnya berbicara tentang masalah percintaannya saja tidak pernah.

Yang aku tahu tentang Asa_perempuan yang sangat kasar dan berpikir semua laki-laki takut padanya. Setelah pulang kerja pembahasannya hanya seputar kerja. Karena di tempat kerjanya hanya perempuan saja.

Pernah aku ingat, dia berbicara tentang temannya yang dari smelter B kena masalah karena buang sampah sembarang, dia sempat di foto oleh Septy, entahlah apa penyebutannya yang penting itu bagian dari orang yang mencari masalah dan dilaporkan pada atasan.

Dia berbicara panjang lebar dan temannya itu menangis dan menguploadnya di story mengenai masalahnya.

Aku juga pernah mendengar dia bercerita, soal temannya yang selalu kena marah karena tidak tahu apa-apa tentang pekerjaannya padahal temannya lebih senior darinya, temannya itu sampai dikeluarkan, karena banyak yang menjatuhkannya di belakang.

Lingkungan kerja yang toxic membuat dia sering naik pitam, apalagi hanya masalah sepele tentang pertemanannya. Kadang dia membawa makanan di rumah, dan temannya sampai mengatakan akan makan bersama, tapi saat temannya membawa bekal dia melupakannya. Temannya juga kerap kali mengadakan acara tapi juga tidak mengundangnya, seakan dia tidak terlihat. Sering juga seniornya menitipkan pesanan padanya, hingga berujung semua orang jadi menyuruhnya. Hal itupun membuat dia di rumah sering marah, nada suaranya yang semakin tinggi dan sulit dinasehati. Dia jadi tidak mau kalah, marah yang berlebihan sampai alis matanya menyatu.

Asa jadi tidak pernah membahas laki-laki di rumah saking dia sering membicarakan rekan-rekannya. Aku juga tidak penasaran.

"Dengerin tu nanti kau juga bakal seperti dia," ucap ayah menyentuh lenganku. Aku beralih pada realita, seakan waktu cepat sekali berlalu, aku melihat Asa sedang berbincang pada calon suaminya. Hari itu adalah hari pertemuan keluarga kedua belah pihak.

Pertemuan singkat itu membawa kabar gembira, keluarga semuanya setuju.

Sebelum hari H tiba. Asa jadi disibukkan persiapan. Menentukan dekor, konsumsi, baju pengantin. Itu saja di bantu juga oleh pihak laki-laki karena keluarga kami hanya ada ayah.

Lihat selengkapnya