Anak Desa

Nicanser
Chapter #40

Berdamai dengan semua hal

Dua kejadian seru yang kualami membuatku lupa tentang perusahaan yang semakin hari semakin merenggut semuanya. Setelah pertemuan ku dengan Ayah, beliau kembali bekerja dan jarang menghabiskan waktu denganku. Kedua, Asa ikut suaminya menempati tempat tinggal baru, dan resign dari perusahaan.

Aku merasa benar-benar hampa dengan hidup yang kujalani. Apakah aku hanya berakhir di tempat ini? Saat semua orang memilih pergi dari kampung halamannya? 

Tanganku tergerak membuka kotak yang kusimpan di dalam lemari. Disana ada tulisan yang pernah ku buat. Aku juga ingin mengejar mimpiku, dan membuat hari-hariku tanpa penyesalan. Setidaknya di sisa hidupku yang membosankan ini terasa lebih menyenangkan.

Aku menulis bagaimana orang-orang bertahan dari krisisnya dunia, bertahan dari ekonomi yang menipis, berjuang untuk mental yang terasa di jajah sepanjang hari. Aku ingin semua dunia tahu bahwa di bagian Sulawesi ada orang sepertiku, yang berusaha terus bangkit untuk sesuap nasi. Tidak ingin menginspirasi tapi hanya ingin mengatakan bahwa mereka tidak sendirian. Orang luar saja berjuang ke desa ku untuk kerja, dan orang desa ku berjuang untuk keluar.

Setiap hari banyak orang yang mendaftar masuk ke perusahaan agar bisa mendapatkan pekerjaan, setiap hari juga banyak orang yang resign karena lelah dengan tekanan.

Dunia kerja memang kejam tapi lebih kejam jika kau sampai kelaparan.

Aku tidak ingin menjelek-jelekkan tempat kerjaku karena aku juga mendapatkan pengalaman disana, bertemu rekan-rekan yang menginspirasi. Semua orang itu baik tergantung pada apa yang mereka tunjukkan.

Apa aku termasuk orang berkhianat? Aku merasa seperti itu, karena sudah membagikannya lewat tulisan, aku seperti manusia yang tidak tahu diri, sudah dibayar malah membalasnya dengan tulisanku.

Namun dari semua itu aku juga dapat karma. Mungkin ini hukum alam. Aku menabur maka aku juga yang akan menuai. Sebesar apapun aku membenci maka akan kembali pada sipembenci.

Saat menulis keluh kesah ku. Notif ponselku berbunyi. Dari nomor anonim. Bisa dipastikan itu kerjaan Bani yang selalu mengenalkanku pada orang-orang luar. Aku mengabaikan malam itu. Sampai besoknya dia mengirim pesan lagi.

Aku membalasnya seperti orang-orang sebelumnya. Terkesan dingin dan cuek. Dan membuat lawan bicaraku akan bosan dan menjauh dengan sendirinya.

"Issa! Ini aku Mao!"

Aku yang baru pulang dari kerja terkejut bukan main, badanku langsung bangun dari tempat tidur dan langsung membalas chat itu dengan cepat.

"Serius Mao? Aku gak percaya. Dapat nomorku dari mana?"

Yah, perempuan itu adalah karmanya. Aku kembali di pertemukan dengannya setelah sekian lama. 

Lihat selengkapnya