Anak Eks Tapol

Iwan Rokhim
Chapter #4

Chapter tanpa judul #4

Melihat perkembangan lembaga bimbingan belajar ini semakin banyak peminatnya, membuat Halim pemilik bimbel ini memintaku menghadapnya.

’’Assalamu’alaikum, Bapak memanggil saya?’’ tanyaku.

’’Wa’alaikumsalam, iya silahkan duduk. Begini Adil Bapak ingin kamu menempati ruangan belakang sebagai tempat tinggal. Supaya kalau bapak butuh dengan kamu bisa siap setiap saat,’’ jawab Halim.

’’Tapi, ibu saya bagaimana Pak?’’ tanyaku.

’’Tempatnya lumayan luas, jadi ajak saja ikut ke sini. Lumayan bisa bantu-bantu membersihkan ruangan bimbel, dan tentu ada honornya,’’ jawab Halim yang baru saja pensiun dari kepala sekolah.

’’Siap Bapak, nanti saya akan bujuk ibu tinggal bersama saya di sini,’’ kataku.

’’Semenjak tukang kebun di sini dapat kerjaan baru, kebersihan di sini kurang terurus. Nanti ibumu tidak usah jualan kue. Cukup bantu bersih-bersih sudah dapat honor yang lebih banyak dari jualan kue,’’ kata Halim.

Kemudian aku pamit pulang karena bimbel sudah berakhir. Pukul 21:00 baru sampai rumah.

’’Kamu sudah pulang Adil? Pasti capek pulangmu malam-malam terus,’’ kata ibu.

’’Tidak apa-apa Ibu, kerja kan juga bagian dari ibadah,’’ jawabku.

’’Tadi ibu sudah bikin kamu teh, segera minum mumpung masih hangat,’’ kata ibu.

’’Oh ya Ibu, tadi pak Halim minta Adil tinggal di belakang ruang bimbel. Sekalian ibu jadi tukang bersih-bersih ruangan, honornya lebih tinggi daripada jualan kue,’’ kataku.

‘’Tapi ibu takut nanti diusir, karena ibu dicap sebagai seorang PKI,’’ kata ibu dengan mimik khawatir.

’’Kita positif thingking saja ibu, jika itu terjadi pasti ada hikmah di baliknya. Pasrah saja pada Gusti Allah,’’ kataku.

Kemudian ibu mengangguk lalu mengajak tidur karena sudah larut malam. Aku ikut tidur sampai terbangun lagi ketika adzan subuh berkumandang. Pagi ini aku ijin tidak masuk sekolah, karena membantu ibu berkemas karena mau pindah rumah. Dan di luar sudah siap mobil bak terbuka milik Halim, yang akan mengangkut barang-barang milik ibu.

’’Kasur dan lemari gak usah dibawa, karena di sana sudah ada,’’ kata Halim.

Aku dan ibu paham dengan perkataan Halim, barang-barang yang dikatakannya itu sejatinya sudah tidak layak lagi dipakai. Dan setelah siap ibu pamit dulu dengan Hj. Hartini pemilik tempat tinggalnya kami.

Lihat selengkapnya