Anak Gubernur yang Membelot

Lestiyani
Chapter #3

Bab 3 — Selebaran Kecil

Sore itu, Geneva diselimuti kabut tipis. Langit mendung seperti menahan hujan, tapi tak pernah benar-benar turun. Farzin duduk di kursi rotan lobi gedung seminar, jari-jarinya sibuk memutar pulpen tanpa arah. Di depannya, sekelompok mahasiswa berdiri mengobrol sambil menunggu seminar Freedom in the Age of Surveillance dimulai.


Lyra datang dengan langkah cepat, membawa dua gelas kertas berisi coklat panas.


“Untuk kau yang selalu datang lebih awal dan berpura-pura tidak gugup,” katanya, menyodorkannya ke Farzin.


Farzin tersenyum. “Aku gugup?”


“Kau memutar pulpen seperti orang yang sedang diinterogasi,” jawab Lyra ringan.


Mereka duduk berdampingan. Tak banyak bicara. Tapi diam di antara mereka tidak terasa kikuk. Farzin merasa tenang. Di dekat Lyra, ia bisa menjadi setengah dari dirinya—bagian yang tidak menyamar.


Seminar dimulai. Panelis utama hari itu adalah seorang pakar enkripsi digital dari Ukraina, dengan aksen berat dan nada suara monoton. Tapi topiknya tajam: bagaimana rezim otoriter melacak oposisi melalui data harian paling remeh—klik, lokasi, pesan terhapus.


Setiap kata terasa seperti deskripsi langsung tentang negaranya.


Farzin mendengarkan sambil menunduk, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Di sela presentasi, brosur dan selebaran diedarkan dari baris ke baris. Sebagian berisi info organisasi HAM. Sebagian lainnya iklan konferensi. Tapi satu selebaran—yang entah bagaimana—jatuh tepat di bawah kursinya, mencuri perhatiannya.


Ia membungkuk, mengambilnya.


Kertas itu kecil, dilipat dua kali, seperti catatan yang sengaja diselipkan. Hanya ada satu kalimat di tengahnya:


> “Jika kau merasa dunia ini tidak seperti yang mereka katakan, kau tidak sendirian.”




Lihat selengkapnya