Anak Gubernur yang Membelot

Lestiyani
Chapter #5

Bab 5 - Flashdisk dan Pertanyaan

Hujan belum reda sejak malam tadi. Udara di Geneva terasa lebih dingin dari biasanya. Tapi dingin yang menggigil bukan datang dari langit, melainkan dari hati Farzin.


Ia duduk di pojok perpustakaan kampus. Buku terbuka di depannya hanya menjadi penutup bagi kertas cetakan rahasia yang diselipkan di antara halaman. Wajah-wajah para tahanan dalam dokumen bocoran itu terus menghantuinya. Tapi satu nama masih membuat dadanya sesak: Rahiya Altaf.


Adiknya. Hidup. Ditahan.


Dunia berubah seketika. Kecewa kini bukan sekadar rasa. Ia telah berubah menjadi keyakinan.


**


Sore harinya, saat ia pulang, penjaga apartemen menyapanya dengan wajah bingung. “Ada kiriman aneh untukmu. Tidak ada pengirim, dan... kurirnya bilang kamu akan mengerti.”


Farzin menerima kotak kecil berwarna abu tua. Tidak berat. Tidak ada tanda atau stiker. Ia membawanya masuk ke apartemen tanpa kata.


Setelah memastikan tirai tertutup dan laptop offline, ia membuka kotaknya.


Sebuah flashdisk hitam tergeletak di dalam, persis seperti yang sebelumnya—tapi dengan tanda kecil di ujungnya. Garis merah setipis rambut.


Farzin menarik napas panjang. Ia tahu ini bukan jebakan teknis. Kalau mereka ingin menjatuhkannya, mereka sudah bisa sejak lama. Tapi kenapa dua flashdisk? Dan kenapa sekarang?


Ia sambungkan ke laptop terisolasi yang selalu ia pakai untuk hal semacam ini.


Layar kembali gelap. Hanya muncul satu kalimat:


> “Sebelum kau masuk lebih dalam, jawab pertanyaan ini dengan jujur.”




Kemudian layar berganti:


> “Apakah kau siap keluar dari bayangan keluargamu?”




Farzin menatap layar itu lama. Pertanyaan yang sama seperti sebelumnya. Tapi kali ini terasa lebih berat, karena kali ini ia tahu apa risikonya. Bukan hanya gelar atau reputasi. Tapi nyawa. Nama. Dan Lyra.


Ia menulis:

Lihat selengkapnya