Anak Ibu

Delfianty
Chapter #3

Tiga, Fihi

 Fihi, Toko kopi yang letaknya di tengah kota dan lumayan hidden gem –sebab tak banyak yang tahu meski letaknya di tengah kota– yang menurutku introvert friendly. Sejak dua tahun lalu, aku senang ke tempat kopi ini. Bukan karena nuansanya yang ala jejepangan, bukan pula karena rasa matchanya sangat enak sesuai seleraku, ah itu juga sih, aku tak bisa jika tidak berkata matcha mereka itu sangat enak, tapi aku bukan mau membahas matcha mereka saat ini, ini karena siapa yang pertama kali mengajakku ke tempat ini.

   Dua puluh delapan maret, tiga tahun lalu di taman budaya. Pementasan kecil-kecilan. Sore saat itu dengan matahari setengah redup. Cahayanya menyelinap lewat dedaunan, menerpa sesiapa yang di bawahnya.

   "Ruang Bermain, dengan judul karya: Kabut"

   "Eh, sudah mulai"

   Kabut, bercerita tentang seorang anak kecil bernama Laila mengalami trauma sejak tragedi kabut yang menimpa kampungnya beberapa tahun. Memaparkan betapa busuknya sekelebat orang; ada yang minim empati, potret seorang demonstran yang tanpa aturan, orang-orang yang bertindak mementingkan urusan perut semata. Miris.

   Seusai pementasan Kabut, acara dihentikan sejenak. Istirahat ashar, kata pewaranya. Aku bergegas mencari tempat teduh berniat rehat, betapa dikagetkan oleh fakta! Di belakangku, tepat di belakangku, orang yang tak kusangka berada di sana.

   "Sejak kapan di belakangku?"

   "Belum lama, sejak pementasan Kabut dipersembahkan oleh pewara"

Lihat selengkapnya