Anak Lelaki Yang Di Jadikan Waria

Zizan
Chapter #22

Mekanisme Naluriah

Waktu melesat bagai anak panah yang terlepas dari busurnya, membawa Rena semakin jauh dari bayangan Revan. Hari demi hari, kepasrahan itu berakar lebih dalam, tak hanya menjadi perisai, tetapi juga sebuah identitas baru. Setiap sentuhan Kwame, setiap pelecehan yang dulu terasa menyayat, kini hanya menjadi bagian dari mekanisme naluriah yang aneh. Rena telah menerima perannya sebagai istri yang patuh, sebuah peran yang ia lakoni dengan kesempurnaan yang mengerikan.

Pengaruh hormon estrogen yang tak pernah putus mengalir dalam tubuhnya telah melakukan pekerjaannya dengan sempurna. Bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga mengikis esensi maskulinitas yang tersisa, digantikan oleh naluri dan respons feminin. Suaranya kian lembut, gerak-geriknya kian luwes, dan yang paling mencengangkan, respons tubuhnya terhadap dominasi Kwame telah bergeser secara drastis. Dulu ada rasa jijik, lalu mati rasa, dan kini... sebuah jenis "ketagihan" yang samar, sebuah hasrat yang lahir dari penaklukan total.

Rena kini mendapati dirinya secara otomatis mencari tatapan Kwame, menanti perintah, merespons setiap sentuhan dengan desahan yang semakin tulus. Ia bukan lagi melakukan itu karena paksaan semata, tetapi karena tubuhnya telah diprogram ulang untuk mencari sensasi tersebut, untuk menerima dominasi itu. Ia menyadari hal ini dengan ngeri pada awalnya, namun lama-kelamaan, kengerian itu pudar, digantikan oleh penerimaan yang dingin. Ia telah menjadi wanita seutuhnya, bukan hanya secara fisik, melainkan juga dalam sifat naluri dan respons seksualnya.

Kwame semakin berani, semakin menuntut, dan Rena meresponsnya dengan kepatuhan yang memuaskan. Di hadapan para tamu atau staf, Kwame akan seringkali melakukan sentuhan-sentuhan intim yang eksplisit, seperti meremas bokongnya saat ia berjalan di sampingnya, atau menyelipkan tangan ke balik gaunnya di tengah keramaian. Rena akan membiarkannya, bahkan terkadang mengulum senyum tipis yang bukan lagi paksaan, melainkan refleks. Ia menjadi tontonan hidup dari dominasi, sebuah bukti nyata akan kekuasaan absolut Kwame.

Bahkan di balik pintu kamar yang tertutup, dinamika mereka bergeser. Malam-malam yang dulu penuh ketakutan kini diisi oleh ritual yang berbeda. Rena akan lebih dulu mendekat, mendekatkan dirinya pada Kwame, mencari sentuhannya. Sebuah hasrat yang aneh telah tumbuh, hasrat untuk ditaklukkan, untuk merasakan berat tubuh Kwame di atasnya, untuk dilecehkan hingga batas terakhir.

Lihat selengkapnya