Anak rantau diujung Bagan

Suyanti
Chapter #7

Ciut nyali

Jam 10 pagi,

Zul menyusulku saat sedang bekerja ditambak,

"Ikut aku Ham! " ajaknya.

Ragu, tapi aku tetap mengikutinya tanpa bertanya. Kami berjalan kearah kanal besar terdekat, matanya bergerak-gerak liar seperti mengawasi keadaan.

Aku yang tak tahu apa-apa hanya mengikutinya. Kami menaiki sampan, entah punya siapa tapi jelas Zul sudah mempersiapkannya.

"Malam nanti kita akan membawanya dari sini! " ucapan Zul, sukses membuat jantungku berdegub kencang.

Aku masih belum tahu harus bicara apa, kami menyeberangi kanal dan menyusuri tepiannya diseberang sana.

Tubuhku sepontan membeku, melihat beberapa ekor buaya mengapung dipermukaan, seperti sedang berjemur.

Tak lama, sampan berhenti, dan Zul menambatkan sampan kami, menyembunyikannya diantara tumbuhan rimbun yang menjuntai.

Bukan diperkampungan, tapi tepian hutan ilalang.

"Ayo naik, setelah berhasil membawanya sampai sini, sampan harus kita tenggelamkan, untuk menghilangkan jejak! jadi ... kita harus berenang saat kembali, Kau bisa berenang kan?"

"Ada banyak buaya dikanal ini Zul!" protesku.

"Karena itu, berhati-hatilah!" sambarnya tak mau mendapat penolakan.

Kami masuk menyibak ilalang yang menjulang menenggelamkan tubuh kami, Zul membabat rimbunan membuat jalan.

"Kita bisa saja tersesat dalam rimbunan ilalang ini Zul, terutama disaat hari gelap!" ucapku gentar.

"Kau pikir aku sedang apa? Aku membuat jalan untuk kita!" kami terus bicara setengah berbisik.

Lihat selengkapnya