ANAK TEKNOLOGI

Nana
Chapter #1

Prolog

Jika mendengar fakultas teknik, apa yang terlintas dibenak kalian? Pasti jawabannya adalah teknik industri, teknik kimia, teknik sipil, dan beragam jurusan teknik yang dikenal dikhalayak umum sana. Apa kalian pernah mendengar, fakultas teknik dengan program studi teknologi pengolahan karet dan plastik, teknologi pengolahan produk kulit, atau pun teknologi pengolahan kulit? Jika kalian pernah mendengar, berarti fix pasti kalian masuk kategori manusia langka yang ada di dunia. Setidaknya itu yang dirasakan Arina Aidatisya Prawara, atau yang biasa disapa dengan Arin. 

Arin yang menjadi mahasiswa disalah satu politeknik dibawah naungan kementerian perindustrian ini mengerang kesal, pada siapapun yang bertanya padanya tentang dimana dia kuliah? Dan setiap dijawab oleh Arin, jawabanya pasti “itu jurusan apa Rin? Kulit? Kamu kuliah jurusan kulit manusia? Sejenis medis gitu?” Lontaran pertanyaan yang paling Arin benci, bukan berarti Arin tidak mau menjelaskan perihal jurusan kuliahnya. Tapi Arin sudah, terlalu, sering, dan menjelaskan tentang silsilah politekniknya. Berkat orang – orang yang kepo dengan jurusan kuliahnya membuat Arin mendadak menjadi sejarawan kampusnya. Ia akan senang hati menjelaskan meskipun akan berujung dengan ketidak pahaman. Tapi Arin akan tetap sabar menjelaskan, meski akan dibumbui sedikit dengan emosi. Dan itu, mampu membuat Arin hapal betul dengan sisilah politeknik beserta jajaran mata kuliah yang diampu di progam studinya. Untuk informasi di politeknik Arin itu tidak ada istilah fakultas ataupun jurusan, karena di kampus Arin menggunakan sebutan progam studi dari pada dua istilah didepan. Karena memang politekniknya hanya memiliki tiga progam studi yaitu teknologi pengolahan karet dan plastik, teknologi pengolahan produk kulit, dan teknologi pengolahan kulit. Kalau kata Raina yang berstatus sebagai anak gahol di kampus, politekniknya memang istimewa makanya berani beda. Apalagi politeknik ini hanya satu di Indonesia bahkan Asia Tenggara, jadi kuliah di politeknik ini berasa menjadi mahasiswa eksklusif dari golongan elit. 

Tapi naas status istimewanya tidak disadari banyak umat, itu dibuktikan dari lelahnya Arin yang sering dilempari pertanyaan perihal politekniknya, padahal politekniknya termasuk dalam jajaran politeknik bergengsi, milik pemerintah lagi, dan dikelola langsung oleh Kementerian Perindustrian kan istmewa sekali. Tapi kenapa banyak yang tidak tahu tentang Politeknik tempat ia kuliah?.

Suatu hari Arin pernah dilempari pertanyaan seperti ini “Rin kamu kuliah dimana?” dengan bangga Arin menjawab “Yogyakarta dong,”dia bangga dan yakin jika yang mendegar akan takjub dengan kota yang dijadikannya sebagai destinasi menimba ilmu. Karena Yogykarta adalah kota pelajar dan idaman semua orang untuk melanjutkan pendidikan disana, meskipun hanya di universitas swasta. 

“Wahh, di UGM ya?” duar, bagai tersambar kokok ayam di tengah malam dan membuat Arin lesu seketika, “bukan.”

“Terus UNY?” tanya dia kembali.

“Bukan,” jawab Arin lagi.

“Ya terus apa? UMY, UII?”

“Bukan, Aku kuliah di Politeknik Perkulitan Indonesia.”

“Hah, kampus apa itu Rin?”

“Kampus beneran lah mbak,” jawab Arin kesal.

“Aku baru dengar, ku kira kamu kuliah di UGM.”

“Yah mbak pikir, kampus di Yogya cuma UGM aja,” pungkas Arin dengan emosi, lalu berlalu pergi.

Lihat selengkapnya