ANAK TEKNOLOGI

Nana
Chapter #6

5| gara - gara Adit

“Duh gue kebelet pipis, Dit.” Adu Arin pada Adit.

“Ke kamar mandi sana.”

“Dimana kamar mandinya? Gue tadi udah ke belakang tapi lagi perbaiki tulisannya.”

“Tanya sama mbak kafenya aja Rin.”

“Ahh iya, benar juga lo.”

Di sinilah mereka sekarang, disalah satu tempat tongkrongan paling elit dan menyenangkan, dimana lagi kalau bukan kafe legenda. Selama berkiprah di Jogja kurang lebih dua tahun lamanya, Arin selalu menjadikan kafe dan resto ini menjadi salah satu tujuan terdepan diwaktu senggangnya.

Arin yang tadinya ingin mengerjakan laporan kemudian istirahat dengan nyaman, secara nyata gagal total. Karena sekarang, dia berada di kafe untuk nongkrong, Adit yang mengajak. Awalnya Arin menolak karena tugasnya belum selesai di tambah lagi dia udah ngantuk banget, karena siang tadi dia tidak ada waktu untuk tidur.

Tapi berhubung Adit berjanji akan mentraktir makanan favoritnya, Arin langsung menyetujui ajakan sobatnya. 

Setelah bertanya pada pelayan di sana, Arin mendapat arahan dimana letak kamar mandi yang berfungsi, yakni dilantai dua. Karena kamar mandi yang ada di bawah sedang diperbaiki jadi tidak bisa dipergunakan untuk sementara. 

Berdasarkan infomasi yang didapatkan Arin, kamar mandinya berada diruangan staff pojok sendiri. Tapi saat Arin tiba diujung lorong, di sana terdapat dua belokan dan semuanya buntu, dan di setiap ujung juga terdapat pintu. Dan itu membuat Arin menjadi bingung sendiri, mana sepi sekali tidak orang satu pun yang bisa Arin tanyai. Dengan modal bismillah binti nekat Arin memilih belok ke kanan. Seperti kata pepatah yang pernah ia dengar, jika niatmu baik maka awali lah dengan sisi kanan. Pepatah sederhana yang selalu Arin ingat, dan ternyata sangat membantu di waktu mendesak seperti saat ini. 

Bismillah nggak nyasar.” Doa Arin dalam hati, kemudian dia bawa kakinya melangkah ke ujung kanan, yang di sana terdapat pintu berwarna hitam sesuai sekali dengan informasi yang diberikan pelayan tadi.

Ia ulurkan satu tangannya untuk membuka kenop pintu, sebelum benar – benar membukanya. Arin derdoa lagi, semoga ruangannya tidak salah. Namun baru saja Arin ingin memutar kenop pintunya, tiba – tiba saja kenop pintu berputar sendiri, sepertinya ada orang di dalam. 

“Wara!” seru Arin spontan, saat mendapati Wara yang berada dibalik pintu tersebut.

***

Matahari sudah meninggi tapi Arin masih setia dengan selimut tebalnya. Ia malas bangun karena seluruh tubuhnya masih lemas tak berdaya akibat tadi malam ia yang pulang dini hari. Arin itu tidak tahan dengan hawa dingin, tapi karena malam tadi tiba – tiba hujan mengguyur maka diputuskan untuk pulang menunggu hujan reda. Tapi tak disangka, ternyata hujannya awet banget, sampai akhirnya saat jam menunjukkan pukul dua pagi hujannya baru berhenti. 

Lihat selengkapnya