Tidak seperti biasanya, Wara nampak kegirangan pagi ini. Wajah sumringahnya begitu ketara dapat terlihat dari bibirnya yang terus melengkung sejak tadi tanpa ada niatan untuk menurunkannya. Padahal Wara hanya menatap ponsel pintarnya tapi mengapa membuat pria dua puluh tiga tahun itu begitu gembira.
Karena ulah Wara yang tak seperti biasanya mampu mengundang decak heran salah satu teman kosnya, dia adalah Jodi. Tapi bukan Jodi jomblo ditinggal mati, melainkan Anjodi Angkajaya, yang biasa disapa akrab dengan panggilan Jodi Jodi menghampiri Wara untuk mengajaknya lari pagi, karena biasanya Wara yang mengajaknya olahraga pagi kala akhir pekan seperti ini. Tapi waktu sudah menunjukkan jam tujuh pagi tapi Wara tak segera menghampiri, makanya Jodi berinisiatif menghampiri Wara untuk mengajaknya pergi.
Namun saat Jodi memasuki kamar Wara yang dilihatnya adalah sesuatu yang menakjubkan nan langka yang tak pernah ia jumpai sebelumnya, bagaimana tidak Jodi mendapati Wara tengah tertawa sendirian didepan ponsel pintarnya. Sesuatu yang tidak pernah ia lihat sebelumnya, Wara bukanlah tipe manusia yang suka bermain ponsel di pagi hari. Bahkan Wara jarang menyentuh ponselnya, yang it tahu Wara paling rajin memegang ponsel jika ada keperluan mendesak saja.
Jodi yang masih belum percaya pun datang mendekat dan bertanya “Ra, lo nggak apa – apa kan?”
Wara yang sejak tadi asik dengan ponselnya sedikit terkejut dengan ucapan kawannya. Karena sejak tadi ia tak sadar jika sudah ada Jodi didalam kamarnya. “Sejak kapan lo disana?” Bukannya menjawab, Wara malah balik bertanya.
Jodi hanya menghembuskan napas jengah, “setengah jam yang lalu, dan lo nggak sadar kalau ada gue?”
“Emang lo siapa? Kenapa gue harus peka dengan keberadaan lo.” Tuhkan Jodi heran, seperti ini lah Wara yang sesungguhnya ketus, cuek, dingin, kaku kek batu. Makanya ia heran melihat Wara yang beberapa menit lalu tertawa sendiri, cuma gara – gara ponsel lagi. Kan cringe sekali, Jodi jadi takut kalau terjadi apa – apa sama Wara.
“Ayo kita jogging, biasanya lo kan ngajak kalau hari minggu gini.” Lebih baik Jodi bicara apa yang seharusnya dia inginkan. Ia tidak mau berdebat kusir dengan Wara yang ada dia malah kawalahan nanti karena dibantai sama mulut cabe Wara.
Niat baik yang diutarakan Jodi barusan, malah dibalas keacuhan Wara yang kembali dengan ponselnya. Ia cekakak – cekikik lagi disana, membuat Jodi penasaran dengan apa yang lihat Wara diponselnya. Dengan segenap hati yang lapang, ia berjalan mengendap ke sana agar tidak ketahuan oleh mangsanya. Jodi takut kalau ketahuan bisa runyam urusannya. Setidaknya jika Jodi ketahuan, nanti saja kalau dia sudah tahu cikal yang membuat sang kawan tertawa heboh sendiri sejak tadi. Kalau nanti ketahuan setelahnya kan aman, jika saja itu bahaya untuk dikonsumsi publik bisa dijadikannya senjata untuk mengancan Wara dimasa depan nanti. “Ck, lo memang cerdas Jod.” Puji Jodi pada diri sendiri dalam hati.
Jodi berhasil mengambil tempat disamping Wara tanpa ketahuan olehnya. Ia bergabung dengan Wara menikmati layar ponsel milik Wara. Jodi keheranan, karena yang ia lihat hanya room chat Wara bersama temannya. Lantas apa yang membuat Wara begitu kegirangan sejak tadi?. Akhirnya Jodi menelisiknya lagi, ia mengalihkan pandangnya kerah atas dimana posisi nama kontak itu tersemat. Sesaat setelah membacanya, Jodi sadar ternyata sang kawan sedang kasmaran. Karena tertera nama Arin disana, bukankah itu nama perempuan. Pantas saja dia cekakak – cekikik, hura – hura, sendiri. Ternyata oh ternyata sedang kasmaran dia.
Tapi tunggu, sepertinya Jodi tidak asing dengan nama tersebut. Ia pernah mendegar nama itu disuatu tempat tapi dimana? Sepertinya dia kenal dengan orang yang bernama Arin. Jodi berkamuflase dengan otaknya mencoba mengingat siapa gerangan Arin, yang tak dianggap asing olehnya itu, “Ra ,itu Arina bukan?” tanya Jodi memastikan.
Wara mengangguk saja tanpa mengalihkan atensinya dari ponselnya, “ehm, Arina Aidatisya Prawara nama lengkapnya.” Jawab Wara melengkapi.
“Oh pantes, kayak nggak asing gue. Ternyata benar Arina to.” Mendengar perkataan Jodi membuatnya tersadar dari dunia delusinya. Ia menatap tajam Jodi, tatapannya begitu mengintimidasi setelahnya ia mengomeli kawannya yang berani merusuhi ruang pribadinya. Dengan berkata, “lo ngapain ngintip hah?”
“Woh santai bos, gue nggak ngintip. Tapi sengaja join, soalnya gue kepo siapa gerangan yang buat lo tersipu dipagi buta begini.” Jawab Jodi dengan kalimat pembelaannya.