Anak Tentrem

Andriyana
Chapter #4

Bab 3

Dusun Taraje, tahun 1985.

Anak Tentrem sudah bersekolah. Dari perawakannya, kulitnya sawo matang, rambut lurus, jalannya normal, tidak ada yang berbeda dengan manusia lainnya kecuali tuli dan bisu. Oleh karena itu, dia disekolahkan di sekolah luar biasa. Anak Tentrem periang, ringan senyum, dan supel. Entah bagaimana dia bergaul bersama kawan sebayanya dengan semua karakternya itu. Di Taraje, hanya dia satu-satunya anak tuli dan bisu. Dan itu adalah masalah buat anak Tentrem.

Siapa pula yang sudi mempelajari bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan satu-satunya orang macam Jembut Lestari di Dusun Taraje? Orang-orang Taraje menganggap anak Tentrem cukup hanya disenyumi saja, basa-basi dengan gerak tubuh ala kadarnya saja. Jadi, tidak ada kawan sepertulian dan seperbisuan sejak Jembut Lestari bersekolah di SLB. Lambat laun, hal itu membuat anak Tentrem menjadi enggan bersekolah. Namun bagaimana dia mengungkapkannya kepada Tris bahwa dirinya justru menjadi sedih saat di sekolah? Jembut Lestari hanya memendam kesedihannya itu dalam keheningannya.

Hal itu membuat Tris yang giat mengantar jemput anak Tentrem bersekolah pernah menangis. Di tengah kawan-kawannya, Tris melihat anak Tentrem menoleh ke kanan ke kiri, dan tangannya sesekali mencolek bahu kawan di sampingnya dan memberikannya senyum, tetapi anak Tentrem dianggap seolah-olah takada bagai makhluk tak kasatmata. Padahal menurut Tris, senyum anak Tentrem itu cukup manis.

Oleh karena itulah, Tentrem tetap mengajak anaknya berbicara meskipun tak pernah berbalas kata. Boleh jadi, dengan kebiasaan mengajak anaknya berbicara, satu waktu nanti keajaiban akan datang dan mengubah semuanya. Jembut Lestari menjadi fasih berkata-kata. Namun keajaiban itu belum juga datang. Hanya saja, setiap kali berbicara, Tentrem tidak mengetahui bahwa anaknya memperhatikan semua ekspresi berupa lekuk dan gurat wajahnya ketika mengatakan sesuatu, gerak-gerik bibirnya, ragam senyumnya dan semua yang termaktub di wajahnya. Melalui wajah ibundanya, dia belajar memahami orang lain selain dirinya.

Lihat selengkapnya