Anak Tentrem

Andriyana
Chapter #8

Bab 7

Orang stres itu memang aneh. Istimewa? Orang stres harus diberikan perhatian istimewa, kasih sayang istimewa, pengawasan istimewa, pokoknya serbaistimewa tidak terkecuali Tentrem.

Berkat pengistimewaan dari As, Is, dan Tris, Tentrem mendapatkan kewarasannya kembali. Beliau mulai mau mengganti kebayanya yang lusuh dan bau, jaritnya yang sobek di ujungnya. Beliau mulai mau menyisir rambut. Beliau juga mulai mau duduk bercengkerama bersama dengan orang tua dan kakak di pendopo rumah sembari menikmati minuman dan makanan. Empat tahun sejak kelahiran anak Tentrem, anak Asemo itu mulai dapat kembali tersenyum dengan kesadaran penuh.

Is pun pernah berjibaku menghadapi kenyataan.

“Anak kita buta, Pak.” Begitu ujarnya disela tangisan. Baru saja tiga hari masa nifas dilaluinya.

As tercenung, duduk di bangku kamarnya sementara bayi perempuannya yang buta kelopak matanya memejam lelap. Wajah bayi perempuan itu dipindai oleh kedua bola matanya yang lama-kelamaan membasah. Dua tetes air mata As pun jatuh menyentuh lantai kamar.

“Iya, Is. Kita harus bersabar menerimanya.”

“Apa nanti kata orang-orang, Pak?

“Begitu mereka tahu bahwa bayi kita buta ....” Is tidak menggenapkan ucapannya. Seolah-olah apa yang ada di benaknya akan menjadi kenyataan bila dia ucapkan.

As memijat-mijat kedua pelipisnya. Sesudah beberapa lama, dia berhenti memijat, menegakkan kepalanya dan menoleh mencari wajah istrinya.

“Is, yang bisa kita lakukan saat ini adalah menerima anak ini apa adanya.

Lihat selengkapnya