Anak Tentrem

Andriyana
Chapter #13

Bab 12

Cepat langkah kaki Mbah Asemo mencari-cari Tentrem. Di kamarnya, tidak ada; di kamar Tris, juga tidak ada. Sinar matahari ketika dia berbalik badan hendak berjalan menuju pendopo masih hangat. Matanya mendapati pedati-pedati yang rusak perlu diperbaiki, kesibukan beberapa orang yang sedang memandikan sapi, memberikan sapi rerumputan di area kandang lumayan luas, sekira tiga puluhan meter dari tempatnya berbalik badan tadi. Kemudian dia urung menuju pendopo, kepalanya celingukan sembari bertolak pinggang. Dia juga sempat bertanya kepada suami Tris yang terburu-buru menuju tempat beberapa orang yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, tetapi hanya gelengan kepala yang dia dapatkan.

Beruntung ekor matanya menemukan orang yang dia cari-cari sedari tadi.

“Dari mana, kamu?”

“Dari jamban, Pak.”

Mbah Asemo cepat menggenggam bahu Tentrem untuk mengajaknya duduk di ruang tamu.

“Eh ..., eh ..., pelan-pelan, Pak.”

Kursi jati berpelitur menjadi sasaran Mbah Asemo dan Tentrem untuk duduk. Di atas mereka berdua, langit-langit ruang tamu menggelayut satu lampu gantung dengan rantai besi bersepuh sewarna kuning emas. Akibat ruang tamu itu agak gelap, cahaya lampu gantung itu tak pernah padam.

“Trem ..., siapa Bajingan itu?”

Lihat selengkapnya