Bagi Is, waktu serasa terulang ketika dukun bayi Dusun Taraje menggendong bayi yang baru saja dia tolong persalinannya keluar dari kamar Tentrem. Tangisan bayi terbalut jarit itu begitu membuat Tris dan Sawargi yang menggendong anak perempuannya yang berumur sepuluh tahun bahagia sekaligus terharu. Bayi yang menggeliat-geliat itu hidup, sehat, berat badannya normal, dan yang membuat mereka tersenyum bahagia bercampur resah ialah bayi Jembut Lestari itu lelaki juga normal pada saat dilahirkan. Dia teringat kembali ketika menggendong bayi perempuan anak Tentrem.
Tentrem gelisah dan melangkah bolak-balik di ruang tamu. Beberapa kali kakinya terantuk kaki kursi.
“Mana cucuku ..., mana cucuku?” Telapak tangan kanannya melambai-lambai ketika Tentrem bertanya.
Dengan perlahan, dukun bayi itu memberikan bayi Jembut yang masih merah kepada Tentrem. Tris menghampiri Tentrem dan dukun bayi, berjaga-jaga jangan sampai bayi itu lepas dari dekapan Tentrem. Lalu Is juga menghampiri mereka bertiga dan mengelus lembut pipi bayi itu. Mereka bertiga tersenyum haru.
“Jembut, kondisinya bagaimana, Bu?” tanya Is kepada si dukun bayi.
“Sehat, Bu Is.”
“Baguslah kalau begitu.”
Dukun bayi itu kembali masuk ke kamar Tentrem untuk menemani sekaligus memeriksa kondisi anak Tentrem.
Anak Sawargi memperhatikan tiga orang perempuan yang salah satunya menggendong bayi. Tanpa sadar satu telunjuk jarinya masuk ke dalam mulutnya, tapi belum dua detik, telunjuk itu ditarik Sawargi yang duduk di kursi ruang tamu. Anak Sawargi yang duduk di atas meja jati ruang tamu pun menoleh kepada bapaknya dengan raut wajah tidak suka. Namun Sawargi tersenyum dan menjawil hidung bangir anak perempuannya itu sehingga melengos dan kembali memperhatikan Is, Tentrem dan Tris.
Asemo yang berada di kamarnya bukannya tidak mendengar apa yang terjadi di ruang tamu rumahnya. Hanya saja, kondisi kesehatannya menjadi sedemikian ringkih semenjak kehamilan anak Tentrem itu diketahuinya. Pembaringannya menjadi teman kesehariannya. Bila makan, dia disuapi. Jika buang hajat dan mandi, dia perlu bantuan istri maupun anaknya. Bila dia bosan berbaring dan hendak keluar dari kamarnya pun, dia harus ditemani oleh kursi roda yang kadang didorong Is, Tris, atau Sawargi. Sawargi menjadi lelaki di rumah megah itu yang menggantikan segala urusan yang biasanya ditangani Asemo semasa sehat. Di pembaringannya, Asemo menitikkan air mata.
Endus pun menitikkan air mata. Diperhatikannya lembaran-lembaran uang di indekosnya yang selama hampir sepuluhan bulan ini disisihkannya demi Anjani tersayang. Perjuangannya untuk mengubah nasib mulai menuai hasil. Walau kulitnya menjadi lebih legam karena kesehariannya selalu melangkah menantang sinar matahari, Endus lakoni. Segala macam brosur, barang-barang peranti dapur seperti wajan, teflon, panci, sodet, spatula, sendok, garpu, sumpit, saringan minyak, corong minyak, sendok nasi, stoples bumbu, dan macam-macam lainnya dia dorong dalam wadah beroda keluar masuk kampung, keluar masuk perumahan, keluar masuk desa, sesuai area yang sudah ditargetkan pengawas area. Tidak lelah setiap hari dia mengetuk daun pintu rumah-rumah dan menawarkan segala macam barang-barang itu kepada ibu-ibu muda, ibu-ibu paruh baya, perempuan-perempuan muda, perempuan-perempuan paruh baya, janda-janda muda, janda-janda paruh baya. Walau penampilannya kurang menarik dengan jerawat batunya yang sembarangan bertebaran di wajahnya, tetapi Endus memiliki mulut yang mampu menarik minat ibu-ibu muda, ibu-ibu paruh baya, perempuan-perempuan muda, perempuan-perempuan paruh baya, janda-janda muda, janda-janda paruh baya untuk membeli dagangannya, atau minimal melongok apa yang dia bawa, tersenyum tipis, melengos lalu menutup pintu pagar atau rumahnya dengan basa-basi: Bang, wajan saya masih mulus pantatnya tergantung di dapur; stoples saya juga isinya masih utuh, Bang dan berbagai macam alasan lain. Namun Endus tidak patah semangat. Keuletannya itulah yang membuat Endus selalu mencapai target penjualan bahkan beberapa kali dia dinobatkan menjadi Pedagang dari Pintu ke Pintu Bulan Ini oleh perusahaan tempatnya bekerja, yakni PT. Tok-Tok-Tok.
Tris mengetuk-ngetuk pintu kamar, dan Tentrem yang membukakannya.