Anak Tentrem

Andriyana
Chapter #22

Bab 21

Hal yang menjengkelkan dari Jembut Lestari ialah senyumnya yang khas. Setidak-tidaknya, cengengesannya itu berubah sementara masa berkabung bayi lelakinya. Namun nyatanya tidak. Masih dengan senyumannya yang khas, ditemani Tentrem dan Ismowati, dia menerima jabat tangan para perempuan Taraje yang bertakziah. Meskipun begitu, semua anggota keluarga Asemo yakin bahwa satu anggota keluarga mereka itu hanya tuli dan bisu saja, blo’on tidak. Keyakinan mereka itu berdasarkan keseharian anak Tentrem mulai dari membuka mata dengan penuh kesadaran hingga menutup mata dengan penuh kelelahan. Kegiatannya menggembala kambing, mencari rumput, memberi pakan sapi, memberi pakan kuda. Itu semua sebagai cara anak Tentrem menghabiskan waktu.

Ada satu waktu Jembut Lestari bersedih saat bayi dalam gendongannya terkulai, diam, dan dia berlari cepat mencari Tris. Panik. Jembut jelas sekali seperti kebingungan dan merasa bersalah mengapa tiba-tiba bayi yang dia rawat dengan penuh kasih sayang itu hanya diam terkulai tidak bergerak. Bayi lelaki itu membiru punggungnya dan ternyata sudah tidak bernapas di dekapan ibundanya. Tris dan Is sempat merasa bersalah. Bila saja kekhawatiran itu mereka genapi sebagai upaya pencegahan dengan mengambil alih perawatan bayi lelaki itu dari tangan nenek dan ibunya, tentu bayi lelaki itu masih sehat, begitu pikir mereka. Namun kematian tidak ada yang tahu.

Sebagaimana berita yang dibawa burung merpati yang memiliki navigasi terbaik dan naluri alamiah, kabar burung yang terjadi di pendopo rumah Asemo menyebar luas ke segala penjuru Dusun Taraje. Hanya bedanya, kualitas navigasi dan naluri alamiah pembawa berita itu tak sebanding dengan kelas burung merpati. Kabar burung itu mengabarkan bahwa telunjuk Jembut Lestari sudah tidak sakti lagi, tidak manjur lagi, tidak semandraguna ketika menunjuk Marto Petet. Sebagaimana sifat dari kabar burung yang maklum diketahui bersama, entah bagaimana dan asal muasalnya, ketidakmandragunaan itu justru yang dicari-cari serta dijadikan bahasan. Mengapa telunjuk Jembut itu tidak mandraguna lagi? Apakah Jembut kehilangan kesaktiannya akibat keperawanannya hilang? Apakah kemandragunaan itu akan berpindah kepada Endus anak Sudne atau istrinya, Anjani? Orang-orang Dusun Taraje menjadi harap-harap cemas. Pasangan suami istri itu dikenal sering sekali bertengkar, dan orang-orang Taraje sudah mengetahui dan memakluminya. Namun itu bisa jadi suatu kengerian bagi mereka karena kebiasaan Endus dan Anjani bila sedang bertengkar adalah saling berkacak pinggang sambil satu telunjuk mereka berdua menunjuk-nunjuk. Untuk menghindari salah sasaran kesaktian telunjuk yang mungkin sudah berpindah dari Jembut kepada Endus-Anjani, satu dari orang Taraje menemukan jalan terbaik agar tidak ditunjuk oleh pasangan sakti itu: hindari melintas di area rumah Endus-Anjani.

Lihat selengkapnya