Tiga belas hari sebelum kematian Waemok akibat sakit keras yang dia derita, pada satu malam di ruangan kamar bersebelahan dengan kamar tidur tempat Waemok berbaring kepayahan sambil menahan sakit, Marto Petet dan Diasem selesai memuaskan nafsu berahinya. Berselang empat menit kemudian, sesudah menyeka sisa peluh di dahinya, Diasem beringsut dari kasur lalu berpakaian seraya berkata,
“To, pakai pakaianmu, cepat!”
Bagai kerbau dicocok hidungnya, Marto Petet beranjak dari kasur dan berpakaian.
Sepasang kekasih gelap itu pun menggunakan becak yang dibecaki oleh Marto Petet menuju satu rumah di dusun sebelah.
Setibanya di ruang tamu rumah itu, Diasem memperkenalkan si pemilik rumah kepada Marto Petet.