Anak Titipan dari Wanita Malam

Yuli Yastri
Chapter #2

Bab 2

"Anti!" panggil Zahra dengan raut wajah yang bahagia karena sudah lama tidak bertemu. Bibir perempuan itu merekah tersenyum ramah.

Pria kemayu yang memakai pita berwarna pink di leher itu pun langsung menoleh. Kemudian, ia spontan melempar ember yang ditengtengnya ke arah anak-anak kecil yang sedang bermain kelereng di dekat rumahnya, karena terkejut melihat Zahra.

"Zahra?!"

"Aduh, sakit, Om!" gerutu salah satu anak kecil itu yang membuat si Anti menjadi emosi.

"Heh, sembarangan aja manggil eyke om! Udah cus, pada bubar sana sebelum eyke telan kalian satu-satu!"

Anti bertolak pinggang dengan mata yang melotot. Anak-anak itu pun langsung berlarian ke rumah masing-masing sambil berteriak.

"Emakkk ... ada Nyi Blorong!"

"Ih, bikin kesel aja tuh bocil!" cerutu Anti. Ia lalu menghampiri Zahra dan melompat-lompat histeris. "Zahra, eyke kangen banget sama ye! Gimandang kabarnya, Bo?"

"Gue juga kangen banget sama elu. Alhamdulillah gue sehat wal'afiat." Zahra tersenyum lebar.

Mata Anti kemudian tertuju kepada bayi yang sedang digendong perempuan berparas manis itu. "Ya ampiyun, indang bayi siapa, Cyin? Cuco bingit mukanya."

"Ini anak gue," balas Zahra lirih.

"Hah?" Si Anti terperanga, lalu mengajak teman lamanya itu untuk masuk ke rumah. "Welcome to my home. Indang adalah rumah yang eyke beli dari hasil kerja eyke sebagai sales panci selama dua tahun. Meskipun rumahnya sangat kecil, tapi nyaman untuk ditempati."

"Gue juga mau kayak elu, punya rumah dari hasil kerja yang halal." Zahra menunduk lemas.

"Ya udah cari aja, Ne. Banyak, kok, kerjaan yang halal asal ye mau berusaha dan jangan gampang drop kalau ada yang nyinyir pekerjaan ye," jelas si Anti seraya duduk bertumpang kaki, lalu menggibas rambutnya yang pendek. "Kayak tetangga eyke di sindang. Banyak bingit yang nyinyir eyke. Mereka sering bilang, masa panci jualan panci? Ah, eyke mah biasa aja tidak tersinggung atau pun sakit hati karena eyke emang panci. Eh, maksudnya karena pekerjaan eyke itu halal, Bo."

"Iya, justru gue ke sini mau minta bantuan sama lu supaya gue bisa cari kerjaan yang halal. Gue bener-bener udah engga mau lagi kerja di tempat terkutuk itu. Gue mau tobat, demi anak ini. Gue enggak mau ngasih makan anak gue pake uang haram!" Zahra berbicara sambil menatap wajah polos sang bayi yang sedang tertidur lelap di pangkuannya.

"Kalau begitu eyke dukung ye! Terus ye mau minta bantuan apose? Jika mampu eyke pasti akan membantu, karena ye tau sendiri, 'kan, selain cantik, eyke juga baik." Si Anti memasang wajah sok imut, lalu ia menutup mulut menahan tawa kecilnya.

"Gue mau nebeng di rumah lu, sampai gue punya pekerjaan dan tempat tinggal yang layak. InsyaAllah enggak bakal lama. Soalnya elu kan tau, di dunia ini gue enggak punya siapa-siapa lagi kecuali Allah, elu, dan, si Dini. Tapi Dini masih di tempat laknat itu," tutur Zahra. Ia tampak kebingungan.

Kemudian, perempuan bertubuh ramping itu menceritakan tentang pria yang tidak lain adalah ayah dari bayinya. Si Anti bergeming mendengarkan kisah sang teman dengan berderai air mata dan ingus.

"Dasar cowok tidak bertanggung jawab, mau enaknya aja! Awas yah, kalau sampai kita ketemu. Eyke cabutin bulu idungnya satu-satu. Ih, kesel deh, eyke, Ne!" Hidung pria kemayu itu kembang kempis karena tersulut emosi. "Ya udah, ye tinggal aja di sindang semau ye. Jangan sungkan, kita kan sudah berteman lama."

Mata Zahra seketika berkaca-kaca karena terharu. "Terima kasih, yah, elu emang teman yang baik."

"Iya sama-sama, Cyin." Pria kemayu itu melengkungkan bibirnya ke atas.

Lihat selengkapnya