"Kenapa elu tega sama gue, Din?!" Air mata tidak bisa lagi dibendung oleh Zahra. "Apa elu tidak berpikir bagaimana nasib anak gue, tanpa ada seorang ibu di sisinya?! Anak gue sekarang sedang menunggu gue pulang. Kenapa elu tega, Din? Kenapa? Apa salah gue sama lu?!"
Bulir bening terus mengalir menyerbu pipi Zahra, disertai rasa nyeri di hati karena merasa dikhianati oleh teman seperjuangannya.
Dada perempuan itu mendadak terasa sesak dan badannya pun sudah tidak mampu lagi meronta. Dini hanya menunduk tidak berani menatap wajah Zahra yang sedang menangis tersiksa karena ulahnya.
"Apa dramanya sudah selesai?" Pria bernama Roni---si mucikari---menyeringai. Kemudian, ia menyuruh anak buahnya untuk memasukkan Zahra ke mobil.
Perempuan berpipi tirus tersebut tidak bisa melawan karena tubuh pria-pria itu tiga kali lebih besar darinya. Zahra hanya bisa menangis meratapi nasib buruk yang menimpanya.
Mesin mobil mulai dinyalakan dan akhirnya melaju meninggalkan Dini seorang diri, di suasana yang gelap juga sepi.
Bulir bening yang sedari tadi menggenang di ujung mata perempuan itu, akhirnya mengalir jatuh ke bumi. Ia kemudian berlari mengejar mobil itu sambil berteriak hingga suaranya terdengar serak.
"Zahra, maafin gue!"
Malam semakin larut, tetapi Dini masih terus menangis di pinggir jalan sambil menatap mobil yang ditumpangi sang teman, pergi menjauh dan akhirnya menghilang dari pandangan.
"Maafin gue, Ra," lirih perempuan itu berkali-kali.
Dini lalu berjalan gontai dengan pikiran yang kalut, karena diliputi rasa bersalah kepada sang teman. Ia tiba-tiba mengingat saat Roni masuk ke kamarnya untuk mencari Zahra.
***
"Heh, ke mana Zahra dan anaknya?!" tanya si mucikari dengan nada suara yang menggertak.
Dini yang baru saja pulang dari hotel, merasa ketakutan melihat wajah mucikari itu yang sedang marah. Ia pun hanya menunduk.
"Sa--saya tidak tau, Bang. Mungkin, dia sedang ke luar sebentar untuk membeli susu." Dini mencoba melindungi sang teman.
"Jangan bohong! Elu pikir gue bodoh?! Zahra sejak pagi tidak ada di sini! Cepat katakan di mana dia, atau---" Roni memotong ucapannya, lalu tersenyum miring dengan mata yang menyorot tajam. "Atau adik perempuan lu akan gue bawa ke sini sebagai pengganti Zahra!"
Dini sontak kaget saat pria berwajah sangar tersebut berkata demikian. Ia pun langsung bersimpuh di kaki pria itu dan memohon agar sang adik tidak dijadikan sebagai wanita malam.
Namun, ketika ditanya keberadaan Zahra, Dini masih terus bungkam hingga membuat Roni semakin marah dan akhirnya memukul wajah perempuan itu sampai lebam.
Setelah badan perempuan tersebut lemas karena mendapat beberapa kali pukulan dan ancaman, ia pun dengan terpaksa mengatakan bahwa Zahra kabur dari sana.
"Lalu, dia pergi ke mana?" tanya si mucikari itu sambil menjambak rambut Dini.
"Saya tidak tau, yang saya tau dia ingin mencari pekerjaan yang halal." Jawaban perempuan itu membuat Roni tertawa keras.