Sepulangnya dari bengkulu Jajang menceritakan tentang daerah yang baru saja di kunjunginya.
"Alap Bengkulu Dank? Luk mane naik mubil e kemaghi tape asenye dank?" (Bagus Bengkulu Bang? Gimana rasanya naik mobil kemarem apa rasanya Bang?)
"Alap katah Rin, Dank ke BENTENG MALBOROUGH ngah PANTAI PANJANG, Di Benteng dank nginak ade meriam, tembakan besak tegalau. Ade luk pepenjarahan. Ade cerite nye pule di situ kejadian ne tahun beghape. Alap pukuk e ade pule Rin Iok dank naik delman bejalan di pantai panjang ade pule gajah e dingin di situ banyak pohon e pule. Banyak tegalau pemandangan ngah jualan jeme di situ pasar e ukan luk kite pekan amun raban tu idang aghi." (Bagus banget Rin, Abang ke BENTENG MALBOROUGH sama PANTAI PANJANG, di BENTENG abang melihat ada meriam, Tembakan besar sekali. Ada kaya penjarah-penjarahan. Ada ceritanya juga di sana kejadiannya tahun berapa. Bagus pokoknya ada lagi Rin,Iok, Abang naik Delman berjalan di pantai panjang ada juga gajah nya. Disana dingin juga banyak pohon dan banyak sekali pemandangan sama jualan orang di sana pasarnya bukan kaya kita pekan kalau mereka itu tiap hari.)
Jajang memperagakan kegiatan kegiatannya naik delman naik gajah ke benteng malborough memegang meriam.
"Rini ndak pule Dank ke Bengkulu, Ndak Naik Delman, Naik Gajah, hiiiii haaaa,Malah naik ke Delman ku anak mude. Kah ku antatkah kamu ugahang ndak kemane." (Rini mau Juga Bag ke Bengkulu, Mau Naik Delman, Naik Gajah, Hiii haa, Ayo naik ke Delmanku wahai anak Muda. Akan ku antar kalian mau kemana.)
Rini berlaga menjadi seorang Pak Kusir.Giok pun berdiri di belakang Rini berpura pura seakan menjadi penumpang.
Setelah kejadian itu Jajang lebih sering berjualan di Bengkulu
~~~ 6 Tahun kemudian~~~
Jajang sudah beranjak dewasa kebun kopi miliknya sudah bertambah luas, Setiap pulang dari kebunnya atau dari Bengkulu Jajang mengajak adiknya main ke rumah Pak Kades yang membantunya dahulu namun hanya tersisa Bu Kades karena Pak Kades sudah meninggal 3 tahun lalu ketika Jajang sedang berJualan Di bengkulu.
"Jang,Ibuk ndak ke Bengkulu ngikut Dion Anak Ibuk,Disini pule ndik bedie keluarge agi. Kebun ndik Bapak, Jajang ambik alih saje au." (Jang,Ibuk mau ke Bengkulu ikut Dion anaknya Ibu, Disini juga nggak ada keluarha Lagi. Kebun punya Bapak, Jajang ambil alih saja Ya.)
Ucap Bu Kades hendak berpamitan ke Jajang.
"Au Jang, Dank amun ndak Bulak balik dide tau nyaihe di Bengkulu dank Banyak pule Kebun. Kaba bayari saje segale kebun tu due ribu amun kaba lum bedie duit angsur 4x Bayar saje." (Iya Jang, Abang kalau mau bulak balik gak bisa jaga yang di BENGKULU kebun Abang banyak Juga di sana.Kamu bayar aja semua kebun itu 2000 kalau kamu belum punya uang angsur 4x Bayar aja.)
Dion menepuk pundak Jajang.
"Au Dank, Kele kami busik ke bengkulu Badah Dank ngah Ibuk." (Iya Bang, Nanti kami main ke Bengkulu tempat Abang sama Ibuk.)
"Ibuk ngan Dank berangkat Au.Duite nyusul saje kele saih lah kudai kebun tu amun lah beghape kali panen mangke kaba angsur ngah Dank. Dank Yakin kaba ndik bakal lupe" (ibu sama Abanh berangkat dulu ya. Uangnta menyusul saja jaga dulu kebunnya kalu udah berapa kali panen baru kamu angsur sama Abang. Abang yakin kamu gak bakal lupa.)
"Dide kah lupe Dank.Lah iluak nian Dank ngah ibuk ngah kami.mane ngangsur pule kebun ibarat e lah di njukkah kebun tu dimak ngicik kanye saje." (Gak bakal lupa Bang. Udah baik banget banget Abang dan Ibu sama kami. Mana di angsur pula kebunnya istilah lainnya memeberikan kebun geratis tapi di suruh angsur biar enak di dengar kalo gitu.)
"Siiip."
Dion memberi jempol ke Jajang.
"Baik baik ya Jajang,Giok,Rini."
Mantan Bu Kades menyalami dan mengusap kepala Jajang dan kedua adiknya. Lalu menaiki Mobil umum yang akan membawa mereka. Setelah mobil berjalan Jajang dan Kedua adiknya melambaikan tangan ke arah Mobil yang mulai berjalan.
"Dadaaa Ibuuuuk."
Jajang Giok dan Rini teriak kompak melambaikan tangannya.
Setelah semuanya, Hari demi hari berlalu seperti biasa.
Kebun Jajang hampir setengah dari kebun Wak Ina dulu Jajang bekerja di ladang Wak Ina sekarang Jajang mulai mengambil karyawan walaupun hanya 3 orang saja namun masih begitu akrab dengan Wak Ina.
"Jaaaaaaang, Jajang."
Teriak Wak ina di siang hari panas terik menghanpiri Jajang yang sedang membersihkan kebun kopi nya.
"Wak, Ngape Wak?" (Wak,Kenapa Wak?)
Jajng menghampiri dan mencium tangan Wak Ina.
"Malam kele kaba ade di Ghumah ndik? Wak ndak ke ghumah, Adak e kaba gaghi ke ghumah Wak au." (Malam nanti kamu ada di rumah gak?Wak mau ke rumah, Atau nggak kamu datang ke rumah Wak ya.)
"Au wak malam kele aku ke ghumah Wak saje."(Iya Wak malam nanti aku ke rumah Wak saja.)
"Au, ke ghumah kudai malam kele au."(Iya, Kerumah dulu malam nanti ya.)
"Au Wak,Jajang Lanjut kerje agi au Wak." (Iya Wak, Jajang Lanjut kerja lagi ya Wak.)
"Au Jang,Wak ke ladang kudai." (Iya Jang,Wak ke kebun dulu.)
Wak Ina berlalu pergi Jajang Melanjutkan pekerjaannya.
~~~Rumah Wak Ina~~~
"Assalamualaikum."
"Waallaikumsallam."
"Masuk langsung Jang."
Jajang masuk ke dalam rumah Wak Ina.
"Banyak makanan ni? Ade acara Wak?" (Banyak makanan ni? Ada acara Wak?)
Jajang melihat begitu banyak makanan terhidang di atas meja tamu Wak Ina.
"Duduklah kudai Jang." (Duduk lah dulu Jang)
Jajang Duduk di atas tikar.
"Minum dulu Jang."
Wak Ina memberikan Minum dan menarik sapu tangan terlihat kue di atas piring
"Luak ini Jang Maksud Wak lanang ngah Wak tino ni kaba kan lah dewasa,Linung Lah dewasa pule luk mane amun kamu ughang di nikahkan?"(gini Jang maksud Wak laki laki sama wak perempuan ini kamu kan udah dewasa, Linung juga udah dewasa gimana kalau kalian di nikahkan?)
Sambung Suami Wak Ina. Jajang tersedak. Kemudian menelan ludah sesaat.
"Hmm,Luak ini Wak. Amun Jajang Setuju saje, Sape ye dindak Ngah kembang Desa."(Hmm, Gini wak. Kalau Jajang setuju aja, Siapa sih yang gak mau sama kembang Desa.)
Jajang menjawab dengan tersenyum malu lalu menunduk mendengar perkataan Wak Ina yang akan menjodohkannya ke anaknya yang Kembang Desa.
Linung setelah dewasa memang menjadi Kembang Desa yang cantik.
"Anye kaba keruanlah diwik sifat Linung ndik beghubah Njak dulu masih luk Linung Lamelah Jang." (Tapi kamu tahu sendiri kan sifat Linung nggak berubah. Dari dulu sifatnya masih kaya sifat Linung lama jang.)
"Au aku keruan Wak. Dide ngape kele pacak di arahkah."(iya tahu Wak. Nggak apa apa nanti bisa di arahin.)
"Mintak mintaklah kaba pacak merubahe." (Semoga saja kamu bisa merubahnya)
Ucap Wak Ina.
"Aamiin."
Timpal Suami Wak Ina.
"Tanyekah ngah Linung kudai Wak,Amun Jajang ngikut Saje." (Tanya sama Linung dulu Wak, Kalau Jajang ikut saja.)
"Linuuuuung, Linung sini kudai."(Linung,Linung sini dulu.)
"Ngape?!" (Kenapa?)
Linung menjawab dari dalam kamar tidak keluar.
"Sini kudai!!." (Sini dulu)
Bentak Wak Ina. Namun Linung tetap tak keluar.
"Gilah Wak, Mungkin die dindak ngan aku." (Gak apa apa wak,Mungkin dia gak mau sama aku.)
"Kudai Jang." (Sebentar Jang.)
Wak Ina berjalan menuju kamar Linung.