ANAK UMANG LEPUNG

Rahmayanti
Chapter #11

DURHAKA

Setelah kelulusan Linung langsung melakukan apa yang ia inginkan yaitu ke BENGKULU bahkan tanpa sepengetahuan Wak Ina.

Linung hanya meninggal kan surat di atas meja rias miliknya yang bertuliskan.

[Mak,Bak. Dide ndak dalak I aku, Aku kah balik kele amun aku lah nemukah Laki ye ade buntut beghasap.]

"Paaaaaaaak, Pak kinak i kudai tinih." (Paaaak, Pak coba lihat dulu ini.)

Wak Ina berteriak di pagi hari terlihat panik ketika suaminya membaca surat Linung.

"Cete ke BENGKULU die nih Mak.Malah kite ke Bengkulu." (Pasti ke bengkulu dia ini. Buk. Ayo kita ke Bengkulu.)

"Malah. Aku ngambik tas ngah dumpet kudai."(Ayo, Aku ambil Tas sama dompet dulu tapi.)

Wak Ina kekamarnya mengambil lalu pergi bersama suaminya.

"Lah lame kite nunggu ni ndik bedie gerubak sapi lalu."(Udah lama kita nunggu ini gak ada Gerobak sapi yang lewat.)

"Tunggu kudai. Gi akap die denie ni." (Tunggu dulu. Ini memang masih pagi.)

"Malah kite bejalan saje damenye. Kele amun ade gerubak tigha naik saje kinaklah mateaghi lah tinggi kebelikak jauh Linung tu kele." (Ayo kita Jalan aja. Nanti kalau ada Gerobak tinggal naik aja. Lihatlah matahari sudah tinggi keburu Linungnya jauh nanti.)

Ajak Suami Wak Ina. Wak Ina pun mengangguk mengikuti suaminya dari Belakang. Setelah cukup jauh berjalan keringat pun sudah bercucuran baju keduanya sudah betul betul basah seperti habis terguyur hujan yang deras.Sesekali Wak Ina mengipasi dengan tangannya karena trik matahari begitu panas.

"Mane die gerubak nih, Duduk kudai kite ke pohon depan itu Pak." (Mana sih ini Gerobak. Duduk dulu kita ke pohon depan itu Pak.)

"Au malah." (Iya,Ayo.)

Wak ina san suaminya berjalan menuju pohon besar di hadapan mereka.

"Nah ini ade gerubak." (Nah ini ada Gerobak.)

Suami wak Ina melihat gerobak Sapi yang sedang di ikat di dekat pohon Besar.

"Mane jemenye tini? Mang? Maaaaang?." (Mana orangnya ini? Mang? Maaaaaang.)

Panggil Wak Ina celingak celinguk.

"Uy, Ngape?" (Wuiiii, Kenapa?)

Pria seumuran suami Wak Ina keluar dari belakang pohon satunya lagi seperti orang baru bangun tidur.

"Pacak ngantat kami ke simpang tige mang? Kami ndak ke BENGKULU ndak naik mubil kele rencanenye." (Bisa anterin kami ke simpang tiga mang? Kami mau ke Bengkulu mau naik mobil rencananya.)

"Au Jadi anye bang petang kite sampai kele,Jauh juge titu kele beghape kali gegadu." (Iya Boleh tapi Sorean kita sampai nanti, Jauh juga itu soalnya beberapa kali istirahat nanti.)

"Au gilah Mang." (Iya gak apa ap maang)

Wak Ina dan suaminya menaiki Gerobak.

Sepanjang perjalanan Wak Ina dan suaminya bercerita ketukang gerobak sapi.Setelah sampai ke simapng tiga Wak Ina dan suaminya harus menunggu cukup lama menunggu mobil yang akan ke Bengkulu lewat. Setelah menuggu cukup lama akhirnya mereka bisa menaiki Mobil yang mulai berjalan. Sepanjang perjalanan Wak Ina dan suaminya terkesima melihat pemandangan.

"Kealap e Pak, Itulah singkan Linung ndak ke BENGKULU benagh jalan e saje pemandangannye alap nah itu pak pantai e luk pantai linau." (Baguuuuuus nya Pak,Wajar aja Linung mau ke Bengkulu banget, Jalannya aj pemandangannya bagus itu pak pantainya kaya pantai Linau.)

"Au Mak, Alap awah." (Iya Mak, Baguskan ya.)

Setelah sampai do terminal Bengkulu Wak Ina dan suaminya turun dari Mobil.

"Kemane kite pak?" (Kemana kita pak.

Tanya Wak Ina Bingung.

"Bapak bingung pule Mak, Kite mpai inilah ke BENGKULU.kite betanye ngah jeme sini kudai Mak." (Bapak Bingung juga Mak, Kita baru ini ke Bengkulu. Kita tanya sama orang sini dulu aja Ma.)

Arpan Ayahnya Linung bertanya ke orang orang yang berjualan permen,minum dan kacang kacangan serta rokok.

"Dek,Dek. Numpang nanye dikit e ade tekinak betine...." "Dek,Dek. Numpang tanya sedikit ya dek. Ada lihat wanita..)

Belum selesai Arpan berbicara sudah di lambaikan tangan menandakan tidak ke Arpan.

"Dide tekinak dek?" (Gak ngeliat Dek?)

Arpan mengejar pria sebelumnya tempat dia bertanya.

"Aku dak paham kecek bapak tu apo." (Agu gak ngerti Bapak itu bicara apa?)

Wak Ina dan dan Suaminya saling tatap dan mengulangi perkataannya namun jawaban nya pun masih sama dengan semula si pria tetap tidak mengerti sampai akhirnya pria tersebut meninggalkan Wak Ina dan suaminya.

Wak Ina terlihat bingung dan mencoba bertanya kepada orang lain.

"Dek,Dek,Maaf Kami ni njak dusun dang ndalak anak betine kami ciri ciri e putih,Alap mirip luk kaba nilah."(Dek,Dek, Maaf kami ini dari kampung sedang mencari anak kami ciri cirinya putih, Cantik, mirip kaya kamu ini lah.)

Wak Ina menunjuk si wanita muda dan si wanita menjawab.

"Aa..Makasih buk pujiannyo ibuk cantik jugo."(Waaah. Terimakadih bu pujiannya ibu juga cantik.)

Wak Ina menepuk jidat dan Clingak celinguk.

"Luk mane ngicikkane awah pak,Ndik die terti raban ni kicik an kite." (Gimana bilangnya ya Pak, Gak ada yang ngerti mereka ini sama Ucapan kita.)

Wak Ina mulai mengeluh ke suaminya.

"Dik ukan kaba anye anak e ibuk ini." (Dek bukan kamu tapi anaknya Ibu ini.)

"Yo pak,istri bapak juga Cantik." (Iya Pak, Istri Bapak juga Cantik.)

"Ai nduk aii." (Duh Aduuuuuh hai.)

Arpan terlihat bingung.

"Orang ini muji apo cak mano apo muji diri sendiri." Gumam wanita muda dalam hati. (Orang ini Muji apa gimana apa muji diri ssndiri)

"Au lah maaf ngah makasih." (Iya lah Maaf sama Makasih)

Si wanita hanya mengangguk tersenyum. Wak Ina dan suaminya bertanya ke orang orang sekitar sudah cukup lama dan Arpan mulai kesal kenapa orang di sana tidak mengerti maksudnya dan sebaliknya ia tidak mengerti perkataan orang sana. Haripun mulai Senja, Ina dan Arpan bingung mau kemana mencari Linung karena tidak mengetahui jalan ingin bertanyapun terkendala Bahasa. Sehingga mereka memutuskan menginap di Terminal Bus. Wak Ina dan suainya tidur di lantai terminal beralaskan sarung Arpan.

Pagi pun tiba Ina dan Arpan terbangun dari tidurnya melihat penumpang Bus lain sudah mulai turun dan menaiki mobil Angkot(Angkutan kota). Ina dan Arpan pun ikut menaiki Angkot namun tak tahu mau turun di mana.

"Pak,Buk. Ndak turun di mano?" (Pak, Buk. Mau turun di mana?)

"Kami ndak ndalaki anak kami laghi njak ghumah." (Kami mau mencari anak kami yang lari dari rumah.)

"Assudah, Sego ini penumpang ini dak pulo tau basonyo." (Astaga, Susah Ini penumpangnya ini gak ngerti bahasanya.)

"Kemane kekire kami ndalak e pak?" (Kemana kira kira kami mencarinya pak?)

"Aku ni dak paham kecekan kamu ni. Tapi ini lah tempat terakir aku ndak mutar. Dak tu turunlah sini bae kalu dio ado di sini anak kamu tu soalnyo ini pasar rame orang lemak betanyo kalo ado yang ngerti baso kamu. Aku dak paham baso kamu.Aku cuman tau kamu orang nyebut anak kalu kamu lagi nyari anak kamu beduo." (Aku ini gak paham omongan kalian. Tapi ini sudah tempat terakhir aku mau putar Balik. Atau kalian turun saja di sini siapa tau dia ada Disini Anak Kalian itu soalanya ini pasar rame orang orang enak bertanya siapa tahu ada yang mengerti bahasa kalian. Aku gak paham bahasa kalian. Aku hanya tahu kalian menyebut anak kalau kaian lagi Nyari anak kalian berdua.)

Arpan dan Ina tetap Duduk. Sehingga supir angkot memberi isyarat memanggil Ina dan suaminya untuk turun dari luar mobil. Merekapun turun dan hendak membayar namun di gratiskan oleh si supir.

Seharian penuh Ina dan Arpan berkeliling namun tidak mendapatkan hasil apapun.

"INA."

Teriak seorang wanita dari sebrang.

"Uiii Waaaaaaaaaw. Nduk Waw untunglah aku nemukah waw disini waw. Ndik die ye paham kicik an aku ngah Arpan di sini waw. Ase ndik kah idup agi kami waw sare kata amun ndik terti kicikan jeme sini." (Waii Mbaaak. Aduh Mbak untunglah aku bertemu Mbak di sini mba. Gak ada yang paham omongan Aku sama Arpan di sini mbak. Rasa gak bakal hidup lagi kami mba sengsara sekali kami kalau gak ngerti perkataan orang sini)

INA mengeluhkan semua kejadiannya ke mantan BU KADES di desanya dulu.

"Malah ke ghumah kudai." (Ayo ke rumah dulu.)

"Au waw."

"Sini aku mbataki renggian blanje tu." (Sini aku bawa barang belanjaan itu.)

Arpan mengambil alih kantong belanjaan Mantan BU KADES di desanya tersebut dan mengiring di belakang Bu kades dan Istrinya.

Sesampainya di Rumah mantan BU KADES mereka dulu, Ina menceritakan semua kejadian yang telah berlalu dimana Linung Pergi dari Rumah.

"Kite lapurkah ngah pulisi saje, Mangke lemak gampang ndalak i nye Na.Lum melapur kamu ke pulisi?" (Kita laporkan sama polisi saja, Biar enak nyarinya Na. Belum melapor kalian ke polisi?)

"Dide pule tepikir agi waw lah babuh kami." (Gak kepikiran lagi Mbak udah begitu khawatir.)

Ucap Arpan.

Lihat selengkapnya