Kepulangan Linung membuat Ina dan Arpan senang dan juga sedih ketika anaknya di sebut anak Durhaka oleh warga sekitar.
"Nuung, Nung tulung ambikkah kudai Mak ayik Nak."(Nuung, Nung tolong ambilkan dulu Ibu air Nak.)
Linung tak menjawab namun segera mengambilkan air minum dan di berikan ke INA yang berjalan Rukuk.
"Mak idapan tadie mak?" (Ibu sakit apa Bu?)
Linung menatap Ibunya.
"Sakit palak nilah idapannye anye badan ni lemas kata." (Sakit kepala aja tapi badan ini lemas banget.)
"Itulah kateku aghiantu makan mpuk dikit ini ndik benagh ndak makan." (Itulah ku bilang kemaren makanlah walaupun sedikit lah ini gak mau makan.)
Sahut Arpan ayahnya Linung.
"Ngape mak dide makan mak? Amun lah idapan ncak nanggung."(Kenapa Ibu gak makan Bu? Kalau sakit gini kan sengsara)
"Au li mikirkah kaba benagh ndung kaba tu dide makan due aghi due malam amun ukan di pakseka ngah sidu nasi tu masuk mulut e dide kah masuk nasi tu gi nyempene tulah idang aghi." (Itu karena mikirin kamu banget Ibu kamu tu gak mau makan 2 hari 2 malam kalau bukan karena di paksakan sama sendok,Nasi itu gak bakalan masuk cuma melamun aja tiap hari.)
Arpan mengandeng Istrinya ke tempat tidur.
Melihat Ibunya yang begitu Lemah Linung langsung memeluk Ibunya.
"Maaf au Mak, Linung dide kah kekabur agi. Anye sihatlah Mak. Jangah luak ini mak. Ngguk aku amun mak idapan." (Maaf Ya Bu, Linung gak bakalan kabur lagi. Tapi sehat ya Bu. Jangan kaya gini Mak. Nggak mau aku kalau Mak sakit.)
"Au Nung. Mak ndak istirahat kudai au." (Iya Nung,Mak mau istirahat dulu ya.)
Wak INA kembali tidur. Linung hanya menatap Ibunya dan menyelimuti Ibunya.
"Nung."
Panggil Sang ayah.
"Ngape Bak?" (Kenapa Pak?)
"Bak Ndak ke kebun kudai. Kaba kinak i ndung kaba th Nung." (Bapak mau ke kebun dulu. Kamu liatin ibu kamu ya Nung.)
"Au Bak." (Iya Pak.)
Arpan pergi ke ladang dengan sepeda ontelnya. Sementara Linung tinggal di rumah menjaga INA.
"Lapagh lah." (Duh,Lapar Lagi.)
Linung memegangi perutnya berjalan ke dapur.
"Ai dah ndik die makanan sutik kian." (Hadeeeeh. Gak ada makanan satu pun lagi.)
Tak ada makanan di dapurnya Linung berjalan ke luar hendak ke warung membeli makanan. Ketika di perjalanan Linung bertemu Ibu Ibu.
"Nuuung, Mak mane lah nemu kekendaan kaba? Durhaka ngah pejadi kaba ni Nung baghe ndung lah kata kughuse lah tigha tulang tengkurak dide peduli." (Nuung,Gimana udah ketemu sama keinginan kamu? Durhaka banget sama orang tua kamu ini Nung masa ibu mu udah kurus tinggal tengkorak kamu gak perduli.)
"Tadie Ibung ni aku dide ngucak Ibung ngateka Jeme anak durhaka. Kalu anak Ibung tu kele ye durhaka."(kenapa Bibik ini aku gak ganggu Bibi kok ngomongin anak orang Durhaka. Bisa jadi anak Bibi yang durhaka tu nanti.)
Linung tersenyjm sinis.
"Luk itu a amun jeme bigal di njuk tau ukan mikir anye nyengir." (Gitu tuh kalau orang bodoh di kasih tahu bukan mikir malah senyum senyum.)
"Ude urusi lah urusan Ibung saje." (Udah urusin aja urusan Bibi.)
Linung berlalu pergi.
Sesampainya di Rumah Linung mulai merenungi semua kesalahannya di masa lalu sehingga ia pun menangis tanpa suara.
Ina keluar kamar menghampiri Linung. Melihat Linung menangis.
"Nuung, Ngape kaba Nak?" (Nuung,Kenapa kamu Nak?)
"Maaak."
Linung menangis memeluk ibunya.