Setelah kejadian meninggalnya Wak Ina Linung tak pernah keluar Rumah, Dia selalu mengurung diri mengingat masa lalunya sedari kecil yang memang ber otak batu begitu membantah semua perintah orang tuanya terutama Ibunya.
Linung membayangkan semua masa kecilnya yang Indah, Berjalan Jalan bersama Ibu dan Bapaknya ketika sekolah di saat yang lain jalan kaki Linung sudah di antar bersepeda termasuk orang kaya pada Zamannya.
"Ha, tape titu!! Bunyi Buntut beghasap titu." (Ha,Apa itu?!! Bunyi motor itu.)
Linung berlari keluar rumahnya melihat ada motor lewat depan rumahnya.
"Nikuk titu woi,Woi!! ndik nikuk titu. Sini tuan ne. Nah biguk kaba ini." (Punya aku itu Woi, Woi!! Punya aku itu. Disini tuannya. Nah bodoh kamu ini.)
Linung marah marah di Jalan mengejar motor yang lewat.
"Bang,Bang. Berenti dulu Bang."
Adik Yogi menepuk pundak suaminya yang membawa motor.
"Kenapa Dek? Kan belum sampai?"
"Itu ada waw Linung,Waw Linung itu temennya Bang Yogi.Kenapa dia teriak teriak gitu sepertinya manggil kita."
"Ya udah kita putar balik aja ya."
Leo memutarkan motor nya mendekati Linung. Santi pun turun dari motor.
"Waw Linung, Waw tadi mantau kami Waw? Owh lupe aku waw,Ini laki aku Waw." (Mbak Linung, Mbak tadi memanggil kami Mbak? Owh lupa aku mbk,Ini suami aku mbak.)
Santi memperkenalkan suaminya ke Linung. Leo tersenyum tipis melihat Linung.
"Waw ndak kemane?" (Mbak mau kemana?)
Tanya Santi.
Linung tanpa Aba aba mendorong Santi hingga Santi terpundur ke belakang. Linung langsung menaiki Motor Leo dan memeluk Leo. Seketika Leo menolak dan hendak melepaskan pelukan Linung. Namun Linung lagi lagi menolak tangannya di lepaskan.
"Waw,Ngape luak itu waw,Ini laki ku wau, Wau Linung. Lepaska lah. Ee kaba ni lepas kah Ndik." (Mbak, Kenapa gitu mbak, Ini suami aku mbak, Mbak Linung, Lepaskan Lah. Eh kamu ini lepaskan Nggak?)
Santi menarik narik Linung sementara Linung makin erat memeluk belakang Leo. Leo pun berusaha melepaskan pelukan Linung.
Beruntung seorang bapak bapak lewat membantu Santi dan Leo. Akibat terlalu kuat pelukan Linung Motor pun terjatuh bersamaan dengan Linung dan Leo. Sang Bapak langsung membantu memegangi Linung.
"Ngape pule kaba ajungkah die naik ngah laki kaba San." (Kenapa malah kamu suruh dia naik sama suami kamu San.)
Ucap sang Bapak.
"Mancenanku tadi waw ni manggil Mang,Dide keruan aku kah luak ini mang." (Aku kira tadi Mbak ni manggil Mang,Nggak tahu aku bakalan kaya gini Mang.)
"Beleh ini nih lah Gile!! Lalu lah die mpuk die mantau tadi ape lagi kamu ade kendraan, Kekendak an ne benagh titu." (Dia Ini orang Gila!! Lewat saja walaupun dia manggil tadi apa lagi kamu ada kendaraan, keinginan dia banget itu.)
"Ai nguk nian kamu mang, Waw Linung ni kance Dang Yogi ingat katah aku die ni njak kecik galak main ngah Dank." (Ah yang bener kamu Mang, mbak Linung ini temennya Bang Yogi ingat banget aku dia ini dari kecil sering main sama Abang.)
"Nah kah ndik ape aku mbuung." (Nah, buat apa aku Bohong.)
Leo hanya bingung mendengar percakapan Istrinya dengan pria paruh baya yang memegangi Linung.
"Se die Ni aghiantu kabur njak ghumah lih ndak ndalak laki ye be buntut beghasap. Di dalak i ngah ndung e sampai BENGKULU aghian tu lah kisaran seminggu mpai tetemu ndung e lah idapan lah tigha tulang melawan kata se betine ini sampai ndung e di sumpahinye matilah kian. Itua singkan gile ni mpai nyesal anak Durhaka." (Dia ini waktu itu kabur dari rumah cuma karena mau dapat suami bermotor. Di carilah sama Ibunya sampai Bengkulu waktu itu kisaran seminggu baru ketemu Ibunya udah sakit udah tinggal tulang melawan banget si wanita ini sampai ibunya sendiri di sumpahin mati saja itulah karena gila ini baru menyesal anak Durhaka.)
"Astagfirullahallaazim."
Santi menggeleng menatap Linung.
"Hwaaaaaaa. Ha ha."
Linung marah di tatap Santi.
"Waw,Waw ndak nyube naik ini." (Mbak,Mbak mau mencoba naik ini?)
Ucap Santi pelan. Namun Linung hanya menatap Santi.Kemudian melepaskan pegangan si Bapak mendorong Santi menaiki motor dan memeluk Leo lagi.
"Laillahaillawlah."
Leo mulai menunjukan ekspresi kesal namun Ia tak paham obrolan Istrinya dengan si Bapak paruh Baya.
"Bang,Abang bawa aja dulu mbak Ini ya ke rumah, Adek Jalan aja. Kasiahan dia Bang,Sakin pinginnya motor jadi kaya gini."
"Gak ah, Gak mau abang bawa cewek gila ini dek."
"Bang, Bantulah sedikit Bang,Seenggak nya Mbak ini bisa ngerasain gimana rasanya naik motor."
"Adek gimana pulangnya. Masa adek Jalan."
"Gak apa apa kan deket Bang, Adek Jalan aja. Bawa ke rumah Mak ya Bang. Nanti adek Nyusul."
"Gak Dek!!! Abang Gak mau. Masa istri Abang di tinggal."
"Aaaabaaaaang. Gak mau ah Adek sama Abang kalo gitu."
Mendengar suara manja Istrinya Leo pun menuruti permintaan gila si istri.
Leo membawa Linung ke rumah mertuanya sementara Santi berjalan kaki mengikuti di belakang.
Sampainya di Rumah Leo di marah habis habisan oleh Yogi dan Ibunya Santi.
"Leo,Mana Santi?!!."
Bentak Yogi.
"Kamu nemu orang gila ini di mana Leo? Mana anak Ibu?"
"Di jalan Bu, Ta.."
Belum selesai Leo berbicara kepalan tinju Yogi mendarat di pipi Leo.
"Kau ninggalkan adek aku demi orang gilo ini. Mati kau ku buat!!."
"Jadilah Yogi."
Ibu Santi menarik Yogi yang hendak memukuli Leo lagi.
"Bang, Aku gak tahu ini cewe siapa ini permintaan Gila adek abang Sendiri!!."
"Ngicu kau!!." (Bohong kamu!!)
Yogi hendak memukuli Leo Kembali.
"Dank Yogii." (Bang Yogi.)
Santi melerai Yogi yang hendak memukul suaminya.
"Ndik ngengape kaba dek,Dide luke kemane kaba singkan bigal nian ni? Ngape laki kaba mbatak jeme gile ini ngengape pule kaba tughung di jalan. Jalan mane kaba tughun." (Gak apa apa kamu dek, gak luka kemana kamu karena Sebodoh ini ni? Kenapa suami kamu ngebawa orang Gila ini kenapa pula kamu turun di jalan. Jalan mana kamu turun?)