Setelah 6 tahun menikah Jajang dan Istrinya sudah memiliki Seorang Anak bernama Jangjuanasya yang biasa di Panggil Juan.
Juan merupakan anak yang terlahir Istimewa dimana sejak lahir 5 tahun lalu dia sudah menjadi anak yang istimewa dengan banyak kembaran. Ya, Dia terlahir sebagai anak berkebutuhan khusus yang tidak bisa Berbicara pula.
Juan merupakan anak yang pendiam namun ketika berasama Jajang dan Tasya dia selalu hobi bercerita meskipun terkadang Jajang tidak mengerti perkataan anaknya.
"A u mhaaa u Pa nguuuu ñe tu ya aa."
"Iya nanti kita Jalan jalan ya."
"Tan. Haaaaan."
Juan melambaikan tangan ke ayahnya.
"Nguuuu ne tu paaaa aaah."
Juan kesal memukul mukul Jajang.
"Papa gak ngerti maksudnya Juan."
"Aaaaaaah."
Juan berlari ke Ibunya.
"Juan kenapa??"
Tanya Tasya dengan lembut. Namun Juan hanya menunjuk Jajang. Jajang pun melambaikan Tangan menandakan tak tahu.
"Juaan. Papa gak ngerti Juan bilang apa. Bisa Tolong Juan Ulangi perkataan Juan sebelumnya ke Mama?"
Juan mengangguk dan mungulang Gerakannya.
"Oalah, Juan Rindu ya Sama Nenek sama Kakek?"
Jajang yang penasaran pun berjalan mendekati Istri dan Anaknya. Ketika Jajang mendekat Juan pun mengangguk.
"Gini loh Pa. Juan mau kita berkunjung ke rumah Nenek sama Kakek."
"Ya udah Besok pagi kita berangkat ya."
Jajang mengusap pelan kepala Anaknya.
Juan pun terlihat begitu bahagia mendengar ucapan Ayahnya.
"Kok kamu bisa ngerti ya ucapan Juan? Gimana Cara belajarnya? Aku sering ngehabiskan waktu sama Juan tapi tetap Gak paham paham loh terkadang. Cuma sebagian aja yang aku ngerti maksud dia."
"Karena aku seorang Ibu Bang, Aku punya naluri tentang anakku yang gak di milikin orang lain."
"Tapi Juan Anak ku juga kok tetap gak bisa?"
"Ya kan kamu Bapaknya sementara aku Ibunya. Dia di Kandunganku 9 bulan jadi aku tahu betul tentang anakku."
Jajang pun memeluk Istrinya.
Keesokan harinya Jajang sekeluarga berangkat ke Bengkulu menemui Nenek dan Kakeknya Juan.
Setibanya di Bengkulu Juan begitu bahagia mengikuti nenek dan Kakeknya berbelanja dan Jalan jalan bersama sementara Jajang dan Tasya di rumah, Jajang berberes Rumah sementara Tasya Memasak di dapur orang tua mereka.
"Juan, Juan kita naik ini yook."
Juan dan Neneknya menaiki kuda kudaan yang berputar.
"Gantian Donk. Juan sama Kakek naik putaran itu yok."
Juan di tarik oleh Kakeknya menaiki Biang Lala.
Selama Juan pergi bersama nenek dan Kakeknya Tasya sedikit Cemas memunggu di pintu depan rumah.
"Kenapa Dek?"
Tanya Jajang melihat Istrinya yang berjalan mondar mandir di depan pintu sesekali memandangi Jalan di luar.
"Nunggu Ayah sama Ibu kok gak pulang pulang ya? Aku takut Juan Rewel."
"Nggak bakalan kenapa napa Kok. Itukan Kakek sama Neneknya pasti aman kok."
"Iya Aman sih aman Bang, Juan ini kan tahu sendiri anaknya kayak gimana Bang. Dia sering ngamuk ngamuk kalau keinginannya gak terpenuhin. Aku takut Ibu sama Ayah gak paham sama ucapan dia."
"Meskipun dia pakai bahasa isyarat Abang yakin Ibu sama Ayah mengerti ucapan Juan. Udah Ayo masuk."
Jajang mengajak Istrinya untuk masuk ke dalam Rumah. Tasya pun menuruti permintaan Jajang meskipun sesekali dia tetap menoleh ke arah Jalan melalui kaca rumahnya.
Tak lama kemuadian Ibu dan Ayahnya pulang. Ibunya menggendong Juan yang tertidur karena keseruan bermain.
Begitulah cerita hidup Jajang dan kedua adiknya. Namun tak sampai di situ.
Ketika sedang bermalam di Rumah Nenek dan Kakenya Tasya mengetahui kalau ia sedang mengandung anak ke2.
"Waah selamat yaa sebentar lagi Juan bakalan ada adiknya. Ini adik Juan ada dalam perut mama."
"Iya Nek, nanti kami bakalan lahiran di sini kok."
Ucap si Nenek ke Juan. Kemudian Nenek Juan mengusap perut Tasya. Namun Juan Marah ke si Nenek. Tiba tiba Juan memukul perut Ibunya. Semua pun kaget.
"Juan,Juan,Juan. Gak boleh gitu ya Nak."
Jajang langsung menggendong dan membujuk anak laki lakinya. Namun Juan terus memberontak.
"Juaaaan. Juan gak boleh mukul perut mama lagi Ya."
Ucap si kakek mengusap kepala Juan. Seketika Jajang mencium anak laki lakinya barulah Juan diam.
Setahun kemudia sudah Waktunya Lahiran Adiknya Juan, Mereka kembali lagi ke Bengkulu karena permintaan Tasya yang akan lahiran di rumah ibunya.
Setelah lahir ternyata adik Juan berjenis kelamin laki laki dan di beri Nama Ardiansya, Berbeda dengan Kakaknya yang Autis, Ardi justru menjadi anak yang cerdas dan memiliki paras yang tampan. Begitu mirip dengan Jajang dan mengambil warna kulit yang berwarna putih seperti ibunya Sehingga Ardi memiliki wajah yang tampan putih bersih.
Juan yang semulanya marah ketika sang Adik telah Lahir ia sangat menyayangi adiknya.
Setiap hari Juan memperhatikan Mamanya merawat Ardi.
"Maa. Maa muaaaah."
Juan mencium pipi adiknya. Berbicara bahasa Isyarat
"Juan sayang adik yaaa."
Juan pun mengangguk.
Sesekali Juan akan membawa beberapa Barang dari luar untuk adiknya ssperti memetik bunga karena Ia mengingat Papanya si Jajang memberi Bunga ke Tasya yang kebetulan di lihat oleh Juan dan Juan bertanya kenapa Papa memberi bunga ke mama? Menggunakan bahasa isyarat. Namun Jajang menjawab bahwa itu adalah cara untuk menunjukan kasih sayang kepada orang itu. Dari itu lah Juan sering memetik bunga sekitar untuk di berikan ke Ardi. Bahkan pernah tangan Juan berdarah hanya karena ia memetik bunga mawar Neneknya untuk di berikan untuk Ardi.
Beruntungnya Sang Nenek cepat melihat dan mengobati luka Juan.
Hingga suatu hari saat sedang menginap di rumah sang Nenek sedang ada kejadian berduka di sebelah Rumah Orang tuanya Tasya ada yang meninggal. Jadi semua orang fokus ke rumah sebelah dan kebetulan Tasya kebelet ke kamar mandi dan meninggalkan Ardi sendirian di kamar naasnya Juan masuk ketika Tasya sedang di kamar mandi, Juan melihat Adiknya merengek sehingga Juan berusaha menutup mulut adiknya sesekali ia menepuk nepuk kaki sang adik.
"Aaaaa. JUAN!!!!! Jangan Juan ini adeknya gak bisa napas kalo gitu!! Adek mu ini baru 1 tahun kamu harus jaga bukan mau ngebunuh.Susah bener jaga Anak gak normal kaya kamu!!!"
Tasya berlari menarik Juan langsung menggendong Ardi.
Juan yang tak pernah mendapat bentakan dari siapapun Kaget setelah di Bentak Ibunya dan Berlari keluar Rumah bersembunyi di balik pohon dekat pagar pojok rumah belakang. Tasya yang panik tidak menghiraukan Juan hanya fokus ke Ardi.
Sepulangnya Sang Nenek sama Kakek dan ayahnya Jajang dari melayat mereka Tak melihat Juan.
"Dek, Juan mana?"
"Iya Ibu dari tadi Gak ngeliat Juan."
"Ayah kira ayah Aja yang ngerasa. Ayah pikir Juan sama kamu Jang."
"Kan Jajang melayat juga ke rumah Bibi Ani Sebelah."
"Paling main di kamar kita Bang. Tadi aku juga gak sengaja ngebentak dia karena dia Nutup wajah Ardi."
"Kamu kemana? Sampai sampai dia bisa ngelakuin itu ke adeknya?"
Tanya Jajang.
"Lah kamu pikir aku gak butuh buang air kecil gitu?"
"Ya kan bisa panggil aku dulu atau gimana?"
"Di tengah keramaian aku harus manggil kamu?"
"Juan itu gak pernah di bentak sama sekali Sya. Pasti dia kaget di bentak sama kamu.Aku dari kamar udah nyari sekeliling ruangan Juan gak ada sama Sekali."
"Serius kamu Bang?"
"Ngapain Aku bercanda? Gimanasih kamu makanya Jangan di bentak anaknya bisa bilangin baik baik."
"Namanya juga orang panik. Kamu juga kalau panik pasti Gitu."