Pak Gustaf lahir di Marihat Sibiak Pematangsiantar pada tanggal 27 Desember 1932. Orangtua Pak Gustaf adalah Bapak Siahaan dan Ibu Napitupulu yang mempunyai 1 anak perempuan dan 3 anak laki-laki. Pak Gustaf merupakan anak ketiga. Tidak terasa Pak Gustaf sudah beranjak dewasa. Ia bertumbuh menjadi seorang anak yang baik hati dan memiliki paras yang tampan. Ia menamatkan pendidikannya sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) saja sebab ketika kelas 2 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ( SLTA), Belanda dan Jepang datang menyerang daerah Sumatera Utara. Hal tersebut membuat Pak Gustaf tidak dapat menyelesaikan pendidikannya di SLTA.
Rata-rata pekerjaan warga Marihat Sibiak Pematangsiantar adalah petani. Seperti biasanya jika waktu panen padi telah tiba, tidak semua kampung serentak untuk mendapatkan waktu panen padi. Di kampung Pak Gustaf belum saatnya waktu panen padi sehingga warga kampung Marihat Sibiak biasanya pergi ke kampung sebelah untuk mengambil upah di sawah orang yang sedang panen padi.
Tanaman padi adalah modal pokok bagi para petani dalam menjaga kehidupan dan mata pencaharian sangat penting karena dari sana mereka dapat hidup serta memberikan nafkah untuk keluarganya. secara umum, padi adalah hal penting dalam hidup karena kita setiap hari mengkonsumsi beras untuk kemudian diolah menjadi nasi yang merupakan makanan pokok setiap hari.
Seseorang akan merasa tenang ketika memiliki sawah yang luas serta hasil panen padi yang melimpah, semua itu akan terasa lebih baik ketika kita dapat memberikan kebutuhan yang memadai untuk keluarga serta semua hal penting akan menyebabkan keadaan semakin baik dari hari ke hari sehingga tidak terasa semua akan mulai lebih indah pada waktunya.
Mentari pagi sudah memunculkan wajahnya, pukul 05.00 Pak Gustaf dan teman-temannya berangkat ke kampung sebelah yang bernama Huta Bayu untuk mengambil upah di sawah orang. Uang yang didapatkan nanti lumayan untuk membantu orangtua dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Pak Gustaf berjalan ramai-ramai dengan temannya. Mereka melintasi jalan yang mempercepat mereka sampai di kampung Huta Bayu. Sambil berbicara, tidak terasa mereka sudah sampai di lokasi. Mereka langsung menuju sawah orang yang memerlukan tenaga mereka.
Akhirnya Pak Gustaf dan teman-temannya bekerja di sawah orang untuk membantu panen padi. Pak Gustaf menggunakan alat konvensional pemanen padi meliputi ani-ani dan sabit. Padi yang telah dipanen kemudian perlu dipisahkan antara gabah dan malainya dengan cara dirontokkan menggunakan beberapa metode yaitu diinjak/iles, pukul/gedig dan banting/gebot. Setelah didapatkan gabah dari proses perontokan, proses pasca panen selanjutnya adalah pembersihan padi atau penampian dari kotoran. Proses penampian dapat dilakukan sebelum atau sesudah proses pengeringan. Prinsip penampian adalah menggunakan hembusan angin.
Teman-teman Pak Gustaf yang lain membantu dalam pengeringan gabah. Pengeringan diperlukan untuk mengurangi kadar air dari gabah. Air yang berada pada gabah sangat beresiko menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme yang dapat merusak kualitas gabah. Warga Kampung Huta Bayu melakukan pengeringan alami, yaitu dengan paparan sinar matahari secara langsung. Pengeringan alami biasanya dilakukan dengan cara menyebarkan gabah diatas terpal dan ditempatkan di areal terbuka.