Anakku Hilang Saat Azan Magrib

Rich Monetta
Chapter #1

Bab 1

703098220223-20250111201657.jpg

Aku tercekat melihat gambaran menyeramkan di buku Lintang, putra bungsuku yang masih berusia lima tahun.

Gambar apa ini? Genderuwo?

"Ibu!" teriak Lintang dari depan rumah, mengejutkanku.

Aku buru-buru menutup buku Lintang dan meletakkannya ke meja. Lalu berlari ke arah Lintang.

Tepat di teras kulihat Lintang tertawa lebar pada Mas Wahyu, tetangga baru sebelah rumah.

"Makasih ya, Om." Lintang mengelus perutnya, lalu menerima dua nasi kotak yang dibungkus kresek berwarna putih sehingga aku masih bisa melihat isinya.

"Sama-sama," jawab Mas Wahyu tersenyum lembut sambil menepuk kepala Lintang. Dia beralih menatapku, menundukkan kepalanya pelan. "Aku permisi ya, Mbak."

"Iya, Mas." Aku balas mengangguk. Mas Wahyu meski lebih muda dariku, tapi sifatnya begitu dewasa. Aku terbantu cukup banyak darinya. Semenjak meninggalnya suamiku karena sakit, aku berjualan nasi campur di depan rumah. Tak jarang Mas Wahyu membeli semua daganganku dan membagi-bagikannya pada warga sekitar. Sayangnya kebaikan Mas Wahyu ini tak didukung istrinya yang jarang sekali keluar rumah.

Pernah aku mendengar istrinya mengomeli Mas Wahyu, dan tak segan-segan melempar tatapan sinis padaku.

"Bu, tadi Om Wahyu ajak Lintang jalan-jalan. Om Wahyu baik ya, Bu. Andai Om Wahyu belum nikah, Lintang pengen Om Wahyu jadi ayah Lintang," ucap Lintang polos. 

Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan Lintang. Sebaik-baiknya Mas Wahyu, aku masih tetap ingin menjanda. Hidup dengan kedua anakku saja sudah membuatku bahagia. Tak perlu sosok suami jika nantinya justru merusak kebahagiaan anak-anakku.

"Bu, ini nasi yang tadi dibeliin Om Wahyu. Lintang tadi udah makan. Tinggal Ibu sama Mas Bimo aja." Lintang menyerahkan kresek dari tangannya padaku, dia lalu berjalan melompat-lompat senang ke kamarnya.

Lihat selengkapnya