"Apa ini, Mbak?" tanyaku saat wanita yang katanya Bu RT orang pintar, dan yang dapat membantuku mencari Lintang itu memberikan kantong kain berwarna hitam.
"Anakmu kan disembunyikan makhluk halus. Harus pakai ritual buat mulanginnya. Nanti sebar biji beras yang udah kucampur kencur dan bawang di sekitar alas sambil baca mantra dariku."
"Dengerin tuh, Mbak Yanti. Harus manut biar Lintang cepat bisa pulang," timpal Bu RT menepuk bahuku.
Aku pun melakukan sesuai arahan orang pintar itu. Tanpa membantah sedikit pun. Meski, sebenarnya dalam hati tak terlalu percaya.
Tidak ada salahnya mencoba kan? Yang terpenting Lintang bisa kembali.
Yang benar saja. Setelah setengah jam kami berkeliling dan membaca mantra yang tak pernah kudengar sebelumnya. Tapi, segera terlupa tak berbekas dalam kepala. Lintang akhirnya kami temukan tertidur di bawah salah satu pohon besar yang tumbuh di alas.
"Lintang!" serbuku langsung memeluk Lintang.
Tapi, bocah yang kupeluk itu hanya diam setelah dia terbangun karena teriakanku. Pelukanku semakin erat diiringi haru tangis kebahagiaan.
"Lintang, kamu dari mana aja? Ibu khawatir, Nak."
Hening. Lintang tak juga menjawab.
"Mbak Yanti, mendingan langsung pulang aja. Jangan di sini lama-lama," ucap Bu RT menyadarkanku.
Aku mengangguk. Segera berpamitan pada Bu RT dan orang pintar itu.
"Makasih, Bu RT. Makasih, Mbak."
"Iya, Mbak. Sama-sama. Lain kali dijaga ya anaknya," balas orang pintar itu yang kini lebih ramah.
Aku lantas bergegas pulang sambil menggendong Lintang di belakang punggungku.
Entah kenapa aku merasa bobot tubuh Lintang terasa lebih berat dari biasanya. Tapi, aku segera mengesampingkan pikiranku itu.