Anakku Malang, Anakku Sayang

Khairun Nisa
Chapter #4

Ibu Kembali

Setelah sarapan pagi yang penuh cinta, Daniel berdiri dari meja makan dan mencium Mika. "Aku akan berangkat ke kantor sekarang, Sayang. Aku juga akan mengantar Hasbi ke sekolah dulu seperti biasa. Jangan lupa masak paha ayam goreng saat makan malam, oke?"

Mika tersenyum dan mencium pipi suaminya. "Tentu saja, pa. Aku akan membereskan rumah terlebih dahulu sebelum mulai bekerja dari rumah. Jangan khawatir, aku juga akan masak makan malam lezat untuk kamu dan jagoan kecil kita"

Hasbi yang duduk di kursi sebelahnya juga ikut memeluk ayahnya. "Ayo, ayah, kita pergi ke sekolah! Aku akan mengumpulkan bintang-bintang di sana."

Daniel tertawa dan mengangkat Hasbi dari kursinya. "Ya, nak. Mari kita pergi dan menjelajahi dunia bersama-sama."

Mika melihat mereka berdua pergi dengan senyum bahagianya. Ketika pintu tertutup, dia mulai membersihkan meja makan dan mencuci piring-piring. Dia tahu bahwa dia memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini, tetapi dia merasa bahagia memiliki keluarga yang selalu ada di sisinya, bahkan ketika ada kenangan yang tak terlupakan di masa lalu.

Mika bersiap untuk memulai pekerjaannya dari rumah, tetapi dia merasa diberkati oleh kehidupan yang dia jalani sekarang, dan dia bersyukur telah menemukan kedamaian dan cinta dalam keluarga barunya bersama Daniel dan Hasbi.

Mika duduk di meja kerjanya dengan laptop terbuka, menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai seorang jurnalis yang bekerja dari rumah. Hujan tipis turun di luar, menciptakan suara riuh yang menenangkan.

Tiba-tiba, ponselnya berdering dan menarik perhatiannya. Dia mengambil ponsel dan melihat nomor yang tidak dikenal. Ketika dia membuka pesan tersebut, dia terkejut melihat bahwa nomornya adalah nomor ibunya, Sri, yang telah menghilang dari hidupnya selama hampir 16 tahun.

Sri: "Assalamualaikum, nak. Ini ibumu, Bagaimana kabarmu?"

Mika merasa dadanya berdebar kencang. Pesan ini adalah sesuatu yang tidak pernah dia harapkan. Tapi dia tidak ingin membiarkan perasaannya mengganggu pekerjaannya, jadi dia membalas dengan hati-hati.

Mika: "Waalaikumsalam, Ibu. Aku baik. Bagaimana dengan Ibu? Kita sudah lama tidak berbicara."

Sri: "Ibu juga baik. Sudah terlalu lama sejak kita berbicara terakhir kali. Ibu sangat merindukanmu."

Mika merasa campur aduk. Dia merindukan ibunya juga, meskipun sepanjang hidupnya dia sudah memutuskan untuk menjalani hidupnya tanpa campur tangan ibunya. Namun, pertemuan seperti ini adalah suatu kejutan.

Mika: "Mika juga rindu sama ibu. Ada hal yang ingin Ibu bicarakan?"

Sri: "Iya, ada. Ibu ingin tahu lebih banyak tentang hidupmu selama ini. Apa yang kamu lakukan? Bagaimana keadaanmu?"

Mika merasa berada dalam dilema. Dia telah menyembunyikan masa lalunya, terutama tentang Adit, dari suaminya dan anaknya. Apakah saat ini saat yang tepat untuk menceritakan semuanya kepada ibunya? Ataukah dia harus terus menyembunyikan masa lalu itu?

Mika: "Ibu, aku telah memiliki kehidupan yang berbeda sekarang. Aku menikah dan memiliki seorang anak bernama Hasbi. Aku juga menjadi seorang jurnalis yang cukup sukses. Tapi ada banyak hal yang tidak pernah aku ceritakan pada siapapun."

Sri: "Ibu senang mendengarnya, Nak. Tapi ada banyak yang ibu lewatkan selama ini. Ibu harap kita bisa bertemu dan berbicara lebih lanjut."

Mika merasa dadanya terasa berat. Meskipun dia merindukan ibunya, dia masih merasa khawatir akan konsekuensi jika dia membuka pintu ke masa lalunya yang rumit. Mika mengetikkan pesan dengan hati-hati.

Lihat selengkapnya