Pemakaman Sri berlangsung dengan haru biru, dan keluarga Mika merasa lega bahwa mereka telah memberikan penghormatan terakhir kepada ibu Mika dengan sangat layak. Setelah upacara selesai, mereka kembali ke rumah Sri di Medan dengan perasaan campur aduk.
Adit merasa perlu memberikan tempat bagi Mika dan keluarganya untuk menginap selama beberapa hari. Meskipun Mika masih merasa terjebak dalam kebohongannya yang rumit, dia tahu bahwa situasi ini memberinya waktu untuk berbicara dengan Adit dan membagikan kebenaran.
Adit membawa Mika, Daniel, dan Hasbi ke kamar yang dulunya adalah kamar Mika ketika dia masih tinggal bersama ibunya. Kamar itu masih rapi dan terawat. Mika teringat kenangan dari masa lalunya yang pernah dia tinggalkan.
"Kak, kamu bisa menginap di sini," kata Adit sambil mengarahkan Mika dan keluarganya ke dalam kamar tersebut. "Kamar ini masih dalam kondisi baik dan nyaman. Semoga kamu merasa nyaman di sini."
Mika merasa bersyukur atas keramahannya dan tersenyum pada Adit. "Terima kasih, Adit. Kami sangat menghargainya. Kami akan berusaha tidak merepotkanmu."
Adit menggeleng. "Gak usah khawatir, Kak. Kita adalah keluarga, meskipun mungkin dalam situasi yang rumit. Aku senang kamu ada di sini."
Setelah mengatur tempat tidur untuk Mika, Daniel, dan Hasbi, mereka merasa lelah setelah hari yang panjang dan emosional. Mika merasa takut akan momen ketika dia harus menjelaskan semuanya pada Adit, tetapi sekarang, mereka perlu istirahat.
Malam itu, keluarga Mika beristirahat di kamar yang dulunya milik Mika, dan mereka tahu bahwa mereka memiliki waktu beberapa hari untuk menghadapi kebenaran dan memulihkan hubungan dengan Adit. Di ruang gelap yang familiar ini, Mika dan Daniel merenungkan tentang langkah-langkah selanjutnya yang harus mereka ambil dalam perjalanan yang kompleks ini, bersama dengan putra mereka, Hasbi.
Hasbi berjalan-jalan di sekitar kamar yang dulunya milik ibunya, penuh dengan rasa ingin tahu dan kebahagiaan. Kamar itu menyimpan banyak kenangan yang tidak pernah Hasbi ketahui sebelumnya. Dia menyentuh berbagai benda dan melihat gambar-gambar keluarga di dinding.
Sambil memegang foto neneknya, Hasbi bertanya pada Mika, "Bunda, ini siapa?" wajahnya dipenuhi dengan rasa ingin tahu.
Mika menjawab dengan lembut, "Itu adalah nenekmu, Sayang. Nama nenekmu adalah Sri. Dia adalah ibunya Bunda."
Hasbi mengangguk dengan serius. "Oh, jadi ini nenek? Sayang sekali Hasbi gak pernah bertemu nenek."
Sementara Hasbi meneruskan eksplorasi di kamar, Daniel merasa begitu bersalah. Dia merenungkan kenyataan bahwa dia selama ini tidak pernah tahu tentang ibu Mika. Perasaan bersalah itu membebani hatinya, dan dia merasa seakan telah terlewatkan begitu banyak hal tentang keluarga Mika.