Anakku Special (Autisme)

Valen Pahlintias
Chapter #6

Perjalanan baru dimulai

Kami menunggu dengan cemas, menunggu giliran nomor antrian di panggil, ada rasa cemas yang tak bisa Ryan dan Dessy sembunyikan, namun berbeda dengan Rivaldo yang selalu duduk sendiri dan tersenyum sendiri, bahkan ketika Ryan mengajak Valdo main pun suara panggilan "Valdo, Valdo lihat papa nak," bagaikan angin yang berhembus dan berlalu begitu saja bagi Rivaldo. Klinik anak yang kami kunjungi adalah salah satu klinik terbaik di kota ini, sehingga tersedia ruang khusus untuk anak jika merasa bosan, bisa ber-adventure di klinik tersebut, sayangnya hal ini tidak menarik bagi Rivaldo kami. Sesekali Ryan dan Dessy akan saling menatap dan memberikan semangat lewat tatapan mata mereka, dan pelukan hangat yang menandakan kita akan selalu bersama melewati semua ini.

Sementara di rumah Merry sedang sibuk menyelesaikan Home Work dari sekolah, ya Merry anak aktif dan pandai sehingga Ryan dan Dessy tak pernah kuatir jika harus meninggalkan Merry untuk belajar sendiri, karena Merry bisa dengan fokus menyelesaikan setiap tugasnya dan bukan berarti Dessy tidak peduli dengan Merry, karena Ryan dan Dessy juga menyediakan jasa baby sitter yang selalu menemani Merry, serta rumah yang dilengkapi cctv membuat Merry tetap berada dalam pengawasan Ryan dan Dessy walau dengan jarak yang berbeda. Setelah menyelesaikan Home worknya, Merry pun mulai bertanya "kenapa papa dan mama belum pulang sus Rara?" tanya Merry yang sudah tidak sabaran ingin bermain dengan adik kecilnya, siapa lagi kalau bukan Rivaldo. Ya Merry sangat menyayangi adiknya dan selalu bermain dengan adiknya, walau sebenarnya Merry sedang bermain sendiri karena Rivaldo tidak pernah ikut terlibat langsung dalam permainan Merry. "kita tunggu bentar lagi cantik, tapi kalau Merry udah ngantuk biar sus Rara temani tidurnya, nanti besok baru main dengan dedeknya," jawab sus Rara yang begitu lembut, karena memang sus Rara sudah menemani Merry dari sejak 3th belakangan ini. Dan Merry menganggukkan kepalanya tanda setuju sambil tersenyum kepada sus Rara dan mereka berdua pun mengambil sebuah buku cerita untuk di bacakan sebagai pengantar tidur.

***

"Ananda Rivaldo..." suara panggilan suster di klinik yang menunjukkan bahwa sekarang giliran Ryan, Dessy dan Rivaldo untuk masuk menemui dokter. Saat melangkahkan kaki mereka berjalan penuh tanda tanya yang memenuhi pikiran mereka masing-masing, "kita berdoa ya biar hasilnya semua normal," bisik Ryan kepada Dessy yang tau kalau istrinya sedang takut atau kuatir akan hasil yang akan mereka terima nanti dari penjelasan dokter. Ruangan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat mereka duduk, seakan memiliki jarak yang begitu jauh dan sangat menakutkan saat ini bagi Dessy. "Selamat malam dokter," sapa Ryan ketika masuk dalam ruangan dokter, dan di balas anggukan kepala yang bertanda mempersilahkan mereka masuk dan duduk. Dokter pun mulai mengambil dan membuka file atas nama Rivaldo, mengamati keterangan yang tertulis disetiap lembar kertas yang berada dalam file tersebut, sambil sesekali memandang wajah putih mulus dan ganteng dan Rivaldo, tak berapa lama dokter mulai mencoba memanggil "Rivaldo, Rivaldo... ini ada bola, mau?" tawar Dokter Adrian kepada Rivaldo kecil, namun sayangnya tawaran tersebut tidak direspon oleh Valdo yang terlalu sibuk dengan dunianya sendiri. Beberapa kali di panggil pun Rivaldo tidak merespon sama sekali, bahkan tubuh Dokter Adrian sudah mendekat dengannya pun, hanya mendapat tatapan kosong 1 detik dari Rivaldo tanpa respon apapun, hal ini membuat Dokter Andrian mulai menjelaskan kalau Rivaldo mengalami gejalah Speech delay dan kemungkinan ini disebabkan oleh pengaruh gadget yang berlebihan sehingga kita perlu perawatan lanjutan untuk Rivaldo agar bisa fokus dan maksimal tumbuh kembangnya ke depan, bahkan dokter pun memberikan resep obat yang berisikan beberapa vitamin untuk Rivaldo. Sementara di kursi Dessy sudah tidak bisa membendung airmatanya yang mengalir mendengar penjelasan dokter, ingin rasanya Dessy protes tentang semua penjelasan dokter karena selama ini Rivaldo sangat jarang di berikan gadget dan Rivaldo memiliki kualitas waktu yang mungkin tidak semua anak miliki, Rivaldo memiliki kakak perempuan yang setia bermain dengannya, bahkan Dessy selalu memberikan waktunya untuk fokus ke Rivaldo dan akan mengerjakan beberapa kerjaan jika Rivaldo tidur. Akhirnya karena tidak puas dengan hasil penjelasan Dokter Adrian, maka Ryan dan Dessy meminta agar ada pemeriksaan lanjutan kepada anaknya, "kalau boleh kami minta ada pemeriksaan rutin untuk anak kami untuk beberapa waktu ke depan dok sehingga hasil pemeriksaan ini bisa jelas dan tepat," permintaan Ryan untuk dokter, dan permintaan tersebut akhirnya disetujui oleh dokter adrian (ya rejeki juga kan dapat pasien) yang juga melihat ada wajah kuatir dari kedua pasangan di depannya. Tak berapa lama dokter adrian memberikan sebuah buku kecil yang sudah ditulis tanggal pemeriksaan atau check up yang harus dijalani Rivaldo untuk beberapa waktu ke depan, dan harapan dokter adrian pun agar Rivaldo ada perkembangan yang signifikan dalam pertumbuhannya. Selesai pemeriksaan malam ini Ryan dan Dessy pulang menuju rumah mereka sambil Rivaldo tertidur dalam dekapan Dessy, ada banyak pertimbangan yang muncul dalam benak Ryan sebagai seorang ayah dan "ma, kita bawa Valdo ke Malaysia untuk pemeriksaan lanjutan aja gimana ma?" tanya Ryan ditengah keheningan malam tersebut, dan Dessy pun hanya memaksakan memberikan sebuah senyum tanda dia setuju untuk membawa Rivaldo melakukan pemeriksaan lanjutan ke negeri tetangga, dengan harapan yang besar kalau anaknya tidak mengalami masalah dalam pertumbuhannya.

Tak terasa mereka sudah sampai di rumah, suasana rumah pun sudah gelap pertanda kalau gadis kecil mereka (Merry) pasti sudah tertidur, Dessy mengantarkan Rivaldo ke kamarnya dan meletakkan di box baby sehingga Rivaldo bisa melanjutkan tidurnya dengan mimpi yang indah. Setelah meletakkan di box baby, Dessy memberikan sebuah kecupan manis di kepala Rivaldo, dan membisikkan "i love my son, mama janji akan berikan yang terbaik untuk kamu," suara lembut itu seperti di dengar oleh Rivaldo yang sedang tertidur, karena tiba-tiba ada senyum kecil yang muncul di bibir Rivaldo kecil saat tertidur. Senyuman itu menjadi pelepas larah akan informasi yang tadi baru di dengar oleh Dessy saat bertemu dokter adrian di klinik. Klik, tombol lampu kamar pun di matikan oleh Dessy dan menarik pintu kamar anaknya secara perlahan agar tidak membangunkan putra kecilnya yang mungkin saat ini sedang bermimpi indah. Dessy pun tak lupa mampir di kamar Merry dan memberikan kecupan hangat di pipi putri kecilnya yang tiba-tiba "meili sayang mama, selamat tidur ya ma," kalimat itu keluar dari mulut kecil Merry yang tersadar kalau mama nya ada di kamarnya, namun karena rasa ngantuk nya yang besar membuatnya lebih memilih menutup matanya dan melanjutkan mimpi indahnya malam ini. Di ruang kerja, Ryan hanya bisa terduduk dalam gelapnya ruangan yang sengaja tak di hidupkan lampunya. Ya Ryan cukup terganggu dengan penjelasan dokter adrian, namun Ryan tak ingin menunjukkan rasa kuatir nya di hadapan Dessy, karena Ryan menyadari kalau Dessy membutuhkan dukungannya.

Klik...(Suara pintu terbuka)

"apa aku boleh masuk mas?" tanya Dessy yang tau kalau suaminya ada di dalam ruangan gelap tersebut. Sambil mengulurkan tangannya kepada Dessy "sini sayang, masuklah" jawab Ryan sambil menanti Dessy memeluknya. Setelah itu mereka berdua mulai membahas apa saja rencana yang akan mereka lakukan untuk perkembangan tumbuh kembangnya Rivaldo. Dan itu dimulai dari besok hari, saat untuk mereka pergi ke Malaysia untuk memastikan kesehatan anak mereka.

Lihat selengkapnya