Anakku Special (Autisme)

Valen Pahlintias
Chapter #7

Chapter tanpa judul #7

Perjalanan balik ke Indonesia bagaikan perjalanan tanpa arah dan tujuan bagi Ryan dan Dessy, walau memiliki tekad yang besar untuk berjuang demi kesembuhan Rivaldo namun kenyataan suasana hati tak seperti yang sedang di tunjukkan di hadapan orang lain. Sikap Ryan yang awalnya begitu yakin untuk berjuang bersama Dessy seakan sirna sebelum matahari terbenam, karena Ryan lebih banyak mengambil sikap diam dan yang lebih mengecewakan adalah pandangan mata Ryan tidak pernah tertuju kepada Rivaldo, seakan ada sampah yang harus di hindari atau mungkin lebih tepatnya di "buang," "hah dibuang? Apa maksudnya, kenapa aku berpikir seperti ini?" batin Dessy yang secara tiba-tiba menyadari perubahan sikap Ryan dan juga mungkin perasaan tak karuan yang muncul dalam benaknya saat ini. Papa dan Mama Ryan berusaha tetap tenang, sebagai orang tua yang lebih lama mengarungi bahtera rumah tangga mungkin mereka saat ini mengerti isi pikiran kami masing-masing sehingga mereka pun lebih memilih untuk mengajak Rivaldo bermain dengan cara menonton cocomel***** atau siaran lagu anak lainnya yang bisa membuat sedikit ruang bagi Dessy dan Ryan untuk merenungkan apa yang akan mereka lakukan ke depan setelah sampai di Indonesia, perjalanan singkat namun terasa begitu panjang dan menyita perasaan.

Terdengar suara alunan musik anak dari handphone mama Ryan, saat Dessy membalikkan badannya dan mencoba mencari arah sumber suara tersebut, Dessy menyadari kalau Rivaldo sama sekali tidak merespon dengan video yang sedang diputar, Rivaldo hanya diam dan seolah mengintip sedikit video tersebut namun tak bergerak atau mengikuti musik tersebut seperti kebanyakan anak kecil lainnya yang akan langsung ikut bernyanyi bahkan menari mengikuti alunan musik favorit mereka, "apa aku selama ini yang terlalu naif sampai tidak menyadari perbedaan ini?" batin Dessy yang seolah hancur dengan kenyataan yang harus diterima. Ryan yang daritadi seperti orang sedang merenung tiba-tiba mendengar celotehan seorang balita "..weel o bus...bam bam," suara yang dengan terbata-bata mencoba mengikuti alunan musik yang sedang terdengar saat ini di dalam kapal. Dengan segera Ryan berdiri dan langsung menggendong Rivaldo karena ingin ikut bernyanyi bersamanya, perasaan bahagia itu langsung masuk ke dalam hati Ryan yang berpikir apa yang dikatakan Dokter tidaklah benar, karena kenyataannya sekarang Rivaldo sedang bernyanyi mengikuti lagu yang didengarnya sekarang, "maafkan papa nak lebih percaya kepada dokter, ternyata kamu hebat dan seperti anak lainnya," batin Ryan yang kini merasa bersalah. Dengan penuh kebahagiaan Ryan pun meminta Rivaldo dari Omanya yang daritadi mengendong Rivaldo, namun jantung Ryan seperti terkena lemparan bom besar setelah mendapati kenyataan kalau Rivaldo hanya bisa memiringkan kepalanya dan ada air liur yang mengalir di pipinya, bahkan untuk tersenyum melihat video lagu tersebut pun tidak Ryan temukan dari respon Rivaldo. Rasa kecewa dan tidak bisa menerima kenyataan ini semakin membuat Ryan menjadi tertekan dan mulai merasa depresi, Ryan kemudian memberikan kembali Rivaldo kepada Oma nya dengan alasan "ma, tolong titip Valdo bentar ya, Ryan pengen cari udara segar," ucap Ryan kepada mama nya yang pada kenyataannya Ryan bukan ingin mencari udara segar tetapi hanya ingin berlari dari kenyataan yang dialami saat ini, kalau ternyata suara balita yang sedang bernyanyi itu bukanlah suara Rivaldo melainkan suara balita lain yang kebetulan duduk berdekatan dengan Rivaldo. Hati Dessy rasanya makin teriris dengan sikap Ryan, rasa tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini, Ryan seperti tidak ingin melihat Rivaldo, airmata pun berhasil jatuh di pipinya dan "Tuhan ujian apa yang Kau berikan bagi kami, give me strength to be stronger for rivaldo," doa Dessy yang langsung diungkapkan dalam hatinya. Kemudian Dessy berjalan menuju tempat duduk Rivaldo bersama opa dan Omanya, kemudian Dessy mendekap Rivaldo dalam pelukannya, mungkin hanya ini yang bisa Dessy lakukan saat ini, pelukan yang mungkin sangat dibutuhkan oleh bayi kecil mereka.

Tak berapa lama sebuah tangan lembut pun memeluk tubuh Dessy, ya itu tangan Oma Lidya yang sangat mengerti kalau saat ini menantu nya membutuhkan pelukan semangat, "yakinlah kalau Tuhan ga pernah salah memilih kalian menjadi orang tua Rivaldo, nak" bisik Oma Lidya dengan harapan rumah tangga anaknya akan baik-baik saja dan ibarat ombak di lautan, akan menjadi tenang bila angin badai tersebut telah berganti dengan angin sepoi-sepoi. Lidya hanya membalas pelukan mertuanya dengan bersandar di bahu Oma Lidya karena diam adalah hal terbaik yang saat ini diperlukan oleh Dessy, yang sangat memerlukan fokus dan ketenangan batin dan jiwa, rasanya separuh jiwa Dessy sedang bersembunyi di balik hati yang hancur dan remuk. Bagaimana tidak jiwanya remuk, anak yang diharapkan menjadi pelengkap kebahagiaan keluarga kecil mereka, seolah menjadi awal dari keadaan yang tidak menentu untuk melangkahkan kaki mereka, ada banyak harapan indah yang sekejap langsung hancur tak bersisa bahkan untuk menyisahkan puing-puing saja hampir tak terlihat oleh batin Dessy dan Ryan.

***

Lihat selengkapnya