ANANTA RASA

Wulan Kashi
Chapter #8

7. Milir Pertama

Setelah sekitar satu bulanan berada di Kalimantan, kami menemui tanggal merah yang menandai, bahwa kami punya libur yang lebih panjang dari biasanya. Aku ingin milir. (Milir= menuju hilir, keramaian, ke kota).

Sementara Si Nenek, maksudku Anitha, suaminya yang ingin ke sini, ingin tahu tempat istrinya saat ini. Istri yang absurd. Aku penasaran bagaimana cara mereka bertemu. kapan-kapan ingin aku tanya. Anitha hanya sempat berkata dulu dia sempat minder karena suaminya ganteng banget. Padahal Anitha juga nggak jelek. Tampangnya imut. Mungkin 10-20 tahun lagi, dia masih seperti remaja juga karena wajahnya yang imut dan baby face itu. Tingginya sekitar 160 cm, selisih sedikit denganku yang lebih tinggi. Dia berkacamata, jilbabnya tidak fashionabel, beda denganku yang modis. Kalau melihat foto dengan suaminya, sebenarnya tidak pantas juga Anitha minder. Memang sih, suaminya itu ganteng, tapi Anitha itu manis. Cantiknya tidak membosankan. 

Kalau aku dan Reno, bisa dibilang sepadan. Reno Wibowo, memang tampan dan berwibawa, sesuai namanya. Aku, juga sangat cantik. Sudahlah, aku bukan narsis, tapi tak terhitung laki-laki yang terpesona padaku. 

Aku bilang pada Anitha akan ke Jakarta untuk lanjut honeymoon. Padahal sebenarnya diam-diam aku akan ke Malang, kangen sama ibu. 

Aku  rindu Malang, dengan semua nuansanya. Tempatku tumbuh dengan cacian mereka yang meremehkan kami. Tapi entah, aku tetap tidak ingin pindah dari Malang. 

Nanti, sepulang PTT, sejauh ini aku masih tetap ingin pulang ke Malang. Tak peduli ada suami, di Jakarta. Alasan, dipikir nanti. Masih ada sebelas bulan tersisa untuk berpikir. 

Aku membeli beberapa anjat, dan aksesoris lain yang khas, sebagai oleh-oleh untuk ibu. Anjat itu tas punggung dari anyaman rotan, bentuknya seperti tabung. Anjat tidak memakai tutup, tetapi bagian atasnya dilengkapi dengan gelang-gelang kecil yang terbuat dari anyaman rotan lalu dipasangi tali. Kalau tali ditarik, bagian atas anjat akan mengerucut sehingga anjat menutup, seperti tas serut. Nanti belinya di Melak. Anitha yang akan mengantarku ke Pelabuhan Melak nanti sore. 

Ah satu lagi, oleh-oleh terkenal. Ikan asin Penyinggahan. Penyinggahan itu nama sebuah kecamatan yang masuk dalam Kabupaten Kutai Barat tempatku menjalani PTT ini. Kata Si Nenek, ada salah satu dokter gigi yang ditempatkan di sana, dari enam orang dokter gigi yang berangkat berbarengan dengannya. 

Si Nenek mengantarku ke Pelabuhan Melak sore hari. Kapal berangkat biasanya masih jam lima sore, tapi jam empat kami sudah tiba. Sambil menunggu waktu, kami mencari oleh-oleh. Sekarang ada dua yang harus kupikirkan oleh-olehnya, yaitu Ibu dan Mama. Kedua orang yang sangat penting dalam hidupku saat ini. 

Mereka malaikat dengan lingkungan yang berbeda. Mama dengan lingkungan serba nyamannya, Ibu dengan segala rupa terjal jalan berliku yang harus ia tempuh demi aku, berpuluh tahun. Entah bagaimana caraku untuk bisa membahagiakannya kelak. Semoga pengorbananku menikah dengan Reno bisa jadi jalanku membahagiakan Ibu. 

Setelah selesai dengan urusan oleh-oleh, kami duduk di tepian Mahakam sambil menunggu kapal. Suasana menjelang senja, tenang, tidak terlalu berisik. Tentram sekali rasanya. 

"Katanya Mar, besok sehabis subuh, coba kamu keluar. Lihat pemandangan Pulau Kumala. Katanya sih pas aja waktunya. Habis Salat, keluar liat pemandangan Pulau Kumala."

Aku mengangguk singkat. Kemarin-kemarin, saat pertama kali naik Kapal Mahakam, mana ada aku sempat berpikir menikmati pemandangan. Aku masih setengah teler setelah resepsi langsung besoknya berangkat. Memang tidak tidur karena waktu itu sibuk membuka laptop, daripada aku harus berbasa-basi dengan Reno. 

Pulau Kumala itu sebuah pulau dan daerah delta di Sungai Mahakam yang memanjang di sebelah Barat Kota Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara. Dengan kamera ponselku yang lumayan bagus ini, coba esok pagi aku rekam pemandangannya. 

"Nek, ceritain dong kapan pertama kali kamu jatuh cinta," tanyaku iseng, membuat Anitha sukses tersedak. 

"Kenapa rupanya? Kok nanya yang aneh? "

Lihat selengkapnya