Anantara Rasa

JAI
Chapter #11

10. Akankah menjadi milikku?



Bahagia dan bangga menjadi satu. Tidak ada kata-kata yang bisa ia katakan untuk menjelaskan perasaannya. Cukup raut wajahnya yang menyimpulkan bahwa ia ingin untuk terus dipuji oleh pria itu. Lima belas menit berlalu semenjak Raka tersenyum kepadanya tadi. Masih ia simpan dalam jejak-jejak ingatan. Tersimpan dalam pikiran, lalu akan keluar dalam bentuk bunga tidur nanti malam.


Raut wajah riang Freya masih terjaga, padahal ia sedang berdiri di cermin toilet wanita. Sengaja ia tidak melepaskan pakaian Kimono ini karena Raka yang memintanya. Ia diperbolehkan untuk melepaskan setelah bel pulang berbunyi. Itu masih sekitar satu jam lagi. Suasana toilet yang sunyi ia manfaatkan untuk memperhatikan detail penampilannya. Begitu menakjubkan dibalik balutan Kimono bermotif bunga. Rona rias wajah yang merah semakin merekah tatkala ia mengingat kembali pujian Raka.


“Akankah lo jadi milik gue?” tanya Freya di depan cermin.


Hatinya sangat berharap itu akan menjadi sebuah realita. Tuhan akan menjawab doa-doanya yang ia panjatkan melalui bulir hujan kenangan. Tadahan harapan di ujung malam yang ia dendangkan, selalu terselipkan sepenggal nama itu. Bulan menjadi saksi, taburan bintang gemintang tak perlu mempertanyakan ketulusan hati.


Derap langkah orang membuatnya menoleh. Tampak tiga orang tengah masuh ke dalam toilet. Matanya terbelalak, cemasnya memuncak, sorot wajah benci itu melihatnya tajam seakan menusuk. Raut muka yang tak bisa ia elakkan, ia takut untuk bertemu orang itu. Vioni dan kedua temannya mendekatinya tatkala menyadari bahwa Freya sedang berkaca di depan cermin.


“Cantik juga baju lo,” puji Vioni.


Freya tahu jika Vioni tidak akan pernah bermaksud memujinya. Wanita mana yang akan memuji jika hatinya terselubung secuil benci.


“Vioni, gue enggak bermaksud─” Kalimat Freya terhenti.

Lihat selengkapnya