Anantara Rasa

JAI
Chapter #23

22. Seakan Tidak Ingin Lepas



“Bergabunglah dengan club Yatta. Kita sama-sama berjuang di sana.”

Permintaan itu hanya dianggap sebuah angin lalu yang membelai pria itu. Tepat di depan gerbang, Arion tak membalas, kecuali tersenyum kecil untuk menanggapinya. Matanya diam tak bereskpresi, hanya bibir yang bergerak. Lalu, lambaian tangan Arion bergerak melepas pergi Freya menuju rumah. Sementara itu, belum ada jawaban pasti mengenai permintaan Freya. Rasa kecewa pun menggema di dalam hati. Ia sangat menginginkan Arion untuk bergabung bersama mereka, membangun satu-satunya club kebudayaan Jepang yang hampir mati karena kekurangan anggota.

Bukan tidak beralasan Freya untuk mengajak Arion. Besar harapan pria itu menjadi icon yang menarik perhatian murid lain untuk bergabung. Dengan telinganya sendiri Freya mendengar bahwasanya Arion memiliki hobi yang sama dengan Raka, yaitu menggambar komik. Namun, haluan mereka sama-sama berbeda dalam bidangnya. Raka menyukai komik bergenre romance, sedangkan pria pendiam itu menggeluti ranah fantasy yang menguras begitu banyak imajinasi. Ya, memang keberagaman itu dibutuhkan untuk menciptakan sebuah keunikan. Kolaborasi mereka berdua akan sangat memajukan progres club menuju lebih baik lagi.

Mungkin saja Arion terlalu penyendiri untuk bergabung bersama orang lain. Langkahnya selalu disenyapkan untuk tak didengar oleh orang lain. Begitu pula senyum riang kecil yang sesekali Freya tatap, sangat jarang sekali dirinya seperti itu. Meskipun begitu, Arion tetap menghadiahkan penghargaan kecil itu kepadanya. Aneh sekali jika menyendiri menjadi sebuah hobi. Tentu saja seseorang akan mengalami fase kesepian apabila terus sendiri. Namun, rasanya tidak untuk pria itu.

Apa rasanya selalu sendiri?

Freya dengan jujur hatinya mengakui ia tak suka sendiri, meskipun dirinya hanya memiliki sedikit teman. Baginya, satu atau dua orang teman sudah bisa mengisi hari-harinya yang sepi itu. Tidak ada orang lain yang berani mengirimkan pesan singkat, kecuali group chat kelas dan Lani. Semua itu bukan berarti ia selalu sendiri. Terlalu sepi hati ini ketik menyadari tidak ada siapa pun yang memerhatikan. Setiap orang butuh perhatian, meskipun seberapa besar dirinya menafikkan bahwa ia tak butuh perhatian.

Berbaring Freya di atas ranjang setelah mendapatkan pesan singkat dari Raka bahwasanya ia sudah mendapatkan kostum anime yang akan dipakai esok hari. Freya menyetujui untuk memakainya karena cukup booming bagi para penyuka anime. Pilihan Raka jatuh kepada anime dengan tajuk Re-Zero. Freya pun membayangkan bagaimana dirinya nanti berkostum seperti karakter Rem, seorang gadis muda yang berprofesi sebagai pelayan istana atau maid. Sedangkan Raka sendiri akan berkostum seperti karakter utama lelaki, yaitu Subaru.

Ya, bukannya kenapa. Rem dan Subaru dalam ceritanya memiliki kisah romansa tersendiri. Rem menyukai Subaru, hanya saja Subaru telah lebih dahulu mencintai wanita sang kandidat ratu kerajaan. Dalam hati kecilnya berkata bahwa besok akan menjadi manifestasi bagaimana keadaan hatinya, yaitu cinta yang telah bertepuk sebelah tangan. Freya tidak tahu Raka menyukai wanita mana, yang pasti ia tak akan menyukai Freya.

Hari dinantikan pun tiba dengan segala dialektika yang disajikan. Pagi sama saja sibuknya seperti biasa. Jalanan Freya tempuh dengan dahi yang sedikit menyucur keringat. Sementara itu, murid-murid berkendaraan tak sedikit pun ingin memberikan celah bagi dirinya melaju dengan lancar. Setibanya sekolah, Freya terkatung di atas meja ketika mendengarkan penjelasan guru di depan. Begitu membosankan, tak ada yang menarik, kecuali pria yang duduk di sudut depan kiri. Ia sama sekali tak memerhatikan guru, tetapi menggoreskan pensi di atas buku kecilnya. Sudah bisa ditebak ia akan membuat apa, yaitu gambar-gambar yang terkadang menjadi pengisi rasa bosannya tersebut.

Semakin berdebar-debar hati Freya bahwasanya setelah sembahyang Jumat nanti, mereka akan tampi di pentas seni. Raka sudah membawa kostum yang akan dipakai semenjak tadi pagi. Zeta menyediakan koper besar yang berisikan alat make up. Sementara Karin rasanya tak perlu berlatih lagi. Ia tenang tanpa kesibukan tatkala Freya temukan di ruangan club. Sempat dirinya dimarahi oleh Raka untuk latihan bernyanyi sedikit untuk tampil nanti, tetapi Karin malah menolaknya karena menganggap sudah terlalu bisa.

Lihat selengkapnya