Anantara Rasa

JAI
Chapter #27

26. Menghela Napas



Ada apa dengan yang tadi? Freya berpikir bahwa Arion benar tidak pandai dalam berkomunikasi. Entahlah, ada yang salah dengan pria itu. Tak abis pikir Arion menganggapnya sedang menguntit, sungguh dugaan yang tidak berdasarkan. Padahal, satu-satunya jalan menuju ke rumah hanyalah jalan yang sedang dilewati. Tidak mungkin dirinya memutar sejauh mungkin untuk menghindari Arion. Meskipun begitu, Freya tetap berpikir positif bahwasanya pantas Arion beranggapan dirinya sedang menguntiti pria itu karena sepeda yang dikayuh lambat sekali, tepat beberapa meter di belakang Arion. Seharusnya bisa saja tadi Freya melewati Arion begitu saja. Tetapi, ia terlalu segan untuk memotong jalan pria itu. Rasanya, lebih baik menunggu Arion naik ke halte dan bertegur sapa sebentar, lalu barulah dirinya melaju untuk pulang.

Sudahlah ... Freya tidak ingin memikirkannya lagi. Barangkali Arion sedang dalam mood yang rendah tadi. Kali ini, ia harus menepati janji yang telah diucapkan kepada Arion untuk mengantarkan sweater dan celananya. Sudah sedemikian bersih dan harum dibuat oleh Freya sebagai tanda terima kasih kepada Arion. Ia berharap bersih dan harumnya tidak hilang selama seminggu karena Arion telah menyelamatkannya dari rasa malu saat itu.

“Mama, Freya ngantarin pakaian temen ke rumahnya, ya ....” Freya menghampiri Mama yang sedang duduk di meja makan.

“Teman yang mana? Malam-malam begini?” tanya Mama.

Freya mengangguk. Sebenarnya, ia sedikit ragu untuk meminta izin pergi di malam hari. Namun, janji tetaplah janji, harus ditepati malam ini.

“Arion ... anak kelas billingual. Dia kemarin minjamin celana dan sweater waktu Freya lagi kegiatan keputrian. Soalnya, baju dan celana Freya basah semua karena kepeleset di kamar mandi.”

Dahi Mama mengernyit karena ragu. Ia tak rela untuk membiarkan anak gadisnya pergi di malam hari tanpa teman.

“Apa enggak bisa besok? Besok kan masih bisa,” balas Mama.

Pliss, Ma ... bolehin, ya? Soalnya udah dari minggu kemarin enggak dibalikin dan dia bilang kembaliin malam ini. Rumah dia deket, kok.”

Mama mengangguk perlahan. Ia mulai curiga dengan anaknya yang meminta izin pergi di malam hari.

Lihat selengkapnya