Asap mengepul di hadapan Arion yang sedang melakukan sesautu. Entah apa yang sedang dilakukan olehnya, Freya tidak tahu. Selain itu, Freya tertarik dengan bangunan yang berisi puluhan ikan hias di dalam akuarium. Ikan hias tersebut bergerak dengan mengibaskan ekor indahnya, berwarna-warni memanjakan mata tidak ubah layaknya bunga-bunga yang tertanam di sini.
"Hmm ... gue paham. Lo pasti takut ketahuan ngerokok sama Ibu, kan?" Freya masuk selangkah ke dalam bangunan. Ia masih takjub dengan puluhan ikan hias. Tidak hanya ikan hias yang menjadi daya tarik utama, melainkan trofi juara dengan motif utama ikan laga hias. "Wow ... selain punya keahlian bikin komik, lo juga suka pelihara cupang hias."
Arion terlihat menutup ember yang sedang ia kerjakan tadi, lalu mengelap tangannya pada selembar kain. Tak ingin Freya menyentuh apa pun di sini, ia menarik tangan Freya untuk keluar. "Ayo keluar, di sini bukan tempat lo."
"Ih, sinis amat?! Tunggu dulu ...." Freya melepaskan tangan Arion. Kini ia lebih mendekat ke salah satu ikan cupang hias yang melebar ekornya hampir setengah bulan.
"Jangan sentuh apa pun." Arion kembali menarik tangan Freya.
Rasanya Arion tidak ingin membiarkan dirinya melihat lebih lama lagi. Pria itu malah mengunci pintu bangunan itu, lalu meminta Freya untuk duduk di salah satu kursi kayu dengan meja dari potongan pohon yang cukup lebar. Sementara itu, Arion meminta izin untuk pergi ke dalam rumah untuk berganti baju. Ia mengatakan tubuhnya penuh keringat dan bau setelah mengerjakan sesautu di dalam bangunan itu.
Sesampainya Arion di hadapan Freya, ia menggeser sekaleng cola dingin pada wanita itu. Masih dengan rokok yang terselip, ia menatap Freya dengan santai.
"Mana pakaian gue?" tanya Arion sembari menyemburkan asap tembakau itu ke arah lain.
"Lo kok bisa ngerokok, sih? Kan enggak sehat."
"Sehat atau enggaknya gue, itu urusan gue. Urus aja kepentingan lo." Ia menadahkan tangannya untuk meminta pakaian. "Mana punya gue?"
Freya mengambil pakaian tersebut di dalam tas yang ia bawa, lalu meletakkannya di atas tadahan tangan Arion. "Gue enggak nyangka lo ngerokok. Padahal, lo kelihatan anak baik-baik dan pendiam."
Mata Arion memicing padanya. "Eh, lo kira ngerokok itu pertanda baik atau enggaknya seseorang? Kyai dengan ilmu agama tinggi juga ada yang ngerokok. Lagian ini uang gue, jangan lo urusi."