Cinta pun bersemi semakin besar dan semakin besar saja, meskipun perbedaan tetap terjadi antara Raka dan Karin. Mereka alami apa adanya, tetap berbeda pendapat satu sama lain. Perbedaan pendapat itu pun dimaklumi oleh Raka yang sudah banyak pengalaman di dalam organisasi. Namun, Raka tetap mengkhawatirkan perbedaan pendapat di dalam organisasi apabila terjadi antara dua insan yang sedang dalam kasih romansa. Ruang lingkup yang sama pada akhirnya memutuskan Raka untuk tidak memberitahukan kepada orang lain tentang hubungan mereka, begitu pula Karin. Mereka lebih nyaman berjalan di bawah tanah, tanpa ketahuan hingga waktu memutuskan titik yang tepat untuk memberitahukan kepada semuanya.
Ya, hubungan itu memang terlalu baru. Seidealisme-nya Raka, ia tetaplah manusia. Ia memiliki hati yang harus mencinta. Tatap pandanganya selama ini akhirnya terbiasa menumbuhkan rasa di hati Raka. Namun, ia harus berhadapan dengan kenyataan bahwasanya ia mencintai wanita yang ada di dalam ranah club. Profesionalitas pun dipatahkan, Raka tak bisa menahan perasaannya sehingga memutuskan berpacaran secara diam-diam.
Jam istirahat berakhir dengan bel yang berbunyi. Murid-murid berbondong kembali menuju kelas. Ia lempar senyumnya kepada Karin ketika berbelok di arah yang berbeda, tetapi ia tidak ingin langsung kembali ke kelasnya. Ia harus pergi menuju ke ruangan club untuk mengambil sejumlah buku cetak untuk pembelajaran nanti. Jujur, ruangan club sudah terasa seperti kamar pribadinya. Ia lebih banyak menaruh buku di ruangan club daripada kamar sendiri. Oleh karena itu, ia tidak pernah ketinggalan barang karena bisa langsung diambil di sana.
Raka terkejut melihat Arion belum balik ke kelasnya. Ia bersandar di tepi jendela sembari menatap kepada dirinya. Setahu Raka, Arion merupakan anak-anak baik yang pada umumnya langsung berlari ke kelas ketika bel berbunyi. Tidak seperti dirinya yang sedikit bebal, Arion berperilaku baik dan bahkan seragamnya saja belum pernah diotak-atik.
"Belum kembali?" tanya Raka sembari memasukkan sejumlah buku ke dalam tas miliknya.
Arion menghampiri Raka yang sedang menunduk di dekat laci meja. "Gue tadi baru ngerjain tugas di sini. Kebetulan angin siangnya sejuk, jadi gue malah nyaman di sini."
Aroma tubuh Arion yang mendekat dicium oleh hidung Raka. Samar-samar tercium wangi asap rokok yang khas. "Lo ngerokok? Bau tubuh lo kaya rokok."
Arion mengangguk. "Iya, gue abis ngerokok. Gue rasa murid yang lain melakukannya, bahkan di kamar mandi."
Jujur sekali dia, ucap Raka di dalam hati.