Anantara Rasa

JAI
Chapter #32

31. Pria Keren



Club memiliki warna baru dalam keanggotannya. Biasanya mereka hanya berempat, kini sudah berlima bersama Arion. Sama saja seperti di luar, pria itu jarang sekali berbunyi. Ia tetap saja datang ke ruangan club ketika istirahat dan waktu pulang apabila waktu jadwal piketmya, tetapi tetap saja sifat dingin itu tidak hilang. Freya beruntung termasuk dari orang yang ingin diajak bicara oleh Arion. Mungkin hanya dirinya, sedangkan yang lain tidak. Bisa saja Arion lebih mengenal Freya dibandingkan yang lain.

Freya memandang jam tangannya, sepertinya guru lebih cepat mengeluarkan mereka dari kelas. Padahal, bel istirahat sama sekali belum berbunyi. Beruntung sekali tatkala dirinya memberesi barang-barangnya ke dalam tas, bel istirahat berbunyi. Ia pandang Raka yang sudah duluan keluar bersamaan dengan teman sekelas. Tepat sebelum bel berbunyi, Raka sudah memberitahukan kepada anggota club melalui group chat bahwa mereka akan berkumpul di kantin. Ini pengalaman pertama bagi Freya merasakan teman satu club duduk di satu meja.

“Sorry banget ya, Lani. Gue harus ngumpul sama temen Club Yatta.” Ia menoleh ke samping. Terlihat Lani masih fokus pada buku tulisnya.

“Ya sudah, gue masih di kelas karena ada tugas yang belum selesai.”

Freya pukulkan ujung penanya dengan lembut tepat di dahi Lani. “PR itu bikinnya di rumah, bukan di sekolah.”

“Sudahlah ... gue mau konsentrasi.” Pandang Lani lemah kepada Freya.

Tak ingin rasanya menganggu Lani, Freya segera menuju pintu kelas.

Detak jantung Freya berdetak tatkala seutas pandangan lurus padanya tepat di depan kelas. Diamnya begitu sunyi dan dingin, Freya tak ingin menatapnya lama-lama. Persis seperti beberapa hari itu, Arion berdiri seperti hantu yang sedang menunggu orang lewat. Kini, Arion melakukan hal yang sama. Freya segera menariknya agar tidak berdiri seperti itu.

“Hey, lo kenapa berdiri kaya gitu di depan kelas gue?” tanya Freya sembari menarik tangan Arion agar menjauh dari kelasnya.

“Gue menunggu lo biar sama ke kantin.”

“Apa? Lo nungguin gue biar samaan ke kantin?” Kepala Freya memereng karena hal tersebut. Belum ada sejarahnya pria yang menunggu Freya untuk pergi ke kantin. Kini, pria aneh yang lumayan manis ini melakukan hal itu untuknya. “Okelah lo nungguin gue, tapi jangan berdiri kaya tiang beton. Gue jadi takut.”

“Jadi harus seperti ini?” Arion memasukkan tangannya ke dalam kantung hoodie-nya. Lalu, berubah gaya untuk ditunjukkan kepada Freya. “Atau gue masukin saku ke tangan kaya Raka?”

“Begitu lebih bagus daripada diam berdiri seperti kayu mati.” Freya melangkah ke depan. Ia tak ingin berdebat di tengah koridor seperti ini.

Menyadari Freya bergerak cepat, Arion menyamai langkah wanita itu.

“Oh, jadi begini cowok keren sekolah berdiri dan berjalan?”

Wajah Freya datar melihat tingkah polos Arion yang menunjukkan pose keren menurutnya itu. Bagi Freya, sama saja segala pose bagi setiap orang. Tak ada defenisi pose keren atau tidak keren. Subtansi berjalan adalah bergerak, tanpa gaya pun mereka masih bisa bergerak. Namun, Arion malah mengajari hal itu padanya. Itu pula yang membuat tawa kecil Freya terpancar tepat di samping Arion. Pria itu berganti gaya berjalan dengan jenaka, hampir diketawai dengan keras oleh Freya.

“Arion, udah dong! Hahah ... lo diliatin orang-orang.”

Pria itu menatapnya. “Lo bilang harus punya gaya biar enggak kaya hantu dan kayu mati.”

“Lebih baik kalau berjalan biasa saja gayanya. Gue enggak butuh orang banyak gaya. Okkay?” Freya menggeleng menyadari tingkah Arion itu.

Lihat selengkapnya