Ruangan spesial itu kini Freya masuki. Sungguh berbeda dengan ruangan mereka. Meja-meja kerja lengkap dengan segala fasilitas yang ada. Ada pula seperti ruangan tamu dengan sofa untuk menyambut tamu dari luar. Senyamannya ruangan, inilah ruangan paling nyaman yang pernah ia masuki di sekoalah ini. Pantas saja ada banyak orang yang ingin bergabung dengan OSIS. Selain mendapatkan banyak teman dan aktivitas, mereka bisa tenang melakukan program dengan fasilitas yang memadai.
Raka berdiri di depan kompor portable, lalu mengeluarkan dua mie instan dari laci di bawahnya. Tak tega melihat Raka memasak untuknya, ia segera mengambil alih kompor itu.
“Biar gue yang masak, lebih baik lo duduk aja di sini,” ucap Freya.
“Wah, kok begitu? Kan gue yang ngajak ke sini.” Raka perhatikan tatapan Freya yang sedikit memaksa. “Hmm ... baiklah. Tapi, gue bakalan berdiri di sini.”
“Oke, Tuan ....” Freya tersenyum ringan.
“Wah, cocok sekali ... Hahaha ....”
Cekatan Freya memasukkan bahan satu per satu. Percaya diri Freya untuk menambahkan sediki sayuran yang tersedia di laci. Dengan segenap ucapan cinta dalam setiap adukan tangannya, Freya tuangkan doa-doa agar Raka selalu bahagia, meskipun dirinya tidak pernah menjadi pendampingnya. Dua mangkuk mie instan itu kini tersajikan di atas meja tempat mereka makan berdua. Senang rasanya tatkala Raka memuji makanan buatan Freya, meskipun hanya sekadar mie instan.
“Hmm ... kenyang ... makasih buat makananya, Freya.”
Freya menyejajarkan piring dan garpu di atas mangkuknya. “Lo yang ngajak gue ke sini, kan? Harusnya gue yang berterima kasih.”
“Untuk pemula, lo cukup pandai memasak.”