Anantara Rasa

JAI
Chapter #55

54. Tolong Bantu Aku Melupakan



Hari yang dilewati jenuh dengan bayang-bayang sisa patah hati hari lalu. Tidak ada satu pun teman untuk bercerita karena memang tidak dapat untuk diceritakan. Semua ini rahasia, termasuk dengan Raka sendiri. Begitulah resiko bagi para pemendam rasa, tak akan ada tempat untuk bercerita. Bisa jadi hanya satu orang tempat untuk mengadu, atau tidak sama sekali. Ingin bercerita kepada Arion, tetapi ia masih menyimpan rasa bersalah atas malam itu. Pesan singkat yang ia kirimkan kepada pria itu, tidak kunjung menerima balasan. Sudah sifat asli Arion yang jarang melihat media sosial.

Sakit demam yang ia rasakan mungkin saja diperparah dengan kondisi letihnya hati. Dua hari demam tidak juga surut, meskipun tidak separah hari di awal. Lani sudah datang menjenguk. Di hari kedua, Karin dan Zeta berbaik hati memberikannya vitamin. Adit semakin sering saja mengantar makanan agar mood-nya kembali. Namun, Arion tidak kunjung tampak. Padahal, ia berharap jika pria itu datang melihatnya. Barangkali ia masih belum tahu lokasi rumah Freya. Satu lagi mengenai Raka, Freya benar-benar tidak berharap pria itu datang.

Kondisi tubuh Freya membaik di hari ketiga. Ia sudah bisa bergerak dengan leluasa tanpa pusing di kepala. Untuk menepati janji dirinya dan Adit, Freya mengabarkan untuk datang ke rumahnya. Sebelumnya, Freya sudah berjanji untuk membuat kue bersama Tante Mira. Freya cepat akrab dengan Tante Mira. Beliau banyak bercerita mengenai masa muda antara dirinya dan mama Freya. Mereka kembali berbincang mengenai Adit, yang semenjak kecil ternyata sudah bertemu dengan Freya.

Membuat kue bukanlah hal baru bagi Freya. Ia sering menghabiskan waktu bersama mamanya untuk membuat kue. Ia sudah paham betul bagaimana takaran setiap bahan sehingga tidak bingung ketika membuat adonan. Bagian yang Freya suka ialah membuat hiasan di atas kue. Ia senang mengkreasikan kue dengan cream bermacam warna.

"Kak Adit suka main musik, Tante?"

Freya sedari tadi mendengar bunyi musik band bergema di lantai dua. Sepertinya ada studio band di sana.

"Iya, dia suka musik semenjak musik. Kalau udah main musik, dia enggak bisa diganggu. Lihat tuh sekarang, dia enggak tahu kamu ada di sini." Tante Mira menunjuk ke atas. "Adit lagi main sama temen satu band-nya. Dia minta satu ruangan didesain buat jadi studio."

Freya mengangguk sembari mengolesi cream kue. "Oh, begitu. Pantes aja Kak Adit suka tampil di sekolah. Dia lumayan punya banyak fans, hahaha ...."

"Hahaha ... tapi, Adit itu susah diatur. Kamu lihat sendiri dia sering dapet masalah. Kalau soal fans, Adit enggak pernah cerita kalau soal cewek." Ia mendekati wajahnya pada Freya. "Satu-satunya cewek yang dia ceritain cuma kamu."

"Ah, Tante bisa-bisa aja," balas Freya sembari tersenyum malu. "Kak Adit pasti banyak ceweknya."

"Mana ada, dia itu pemalu sama cewek. Temen-temennya aja yang sangar, tapi sama cewek takut."

Di tengah senyumnya kepada Tante Mira, seketika teralihkan padangannya kepada sosok pria yang baru turun dari tangga. Freya terkejut, pria yang dua hari ini ia rindukan kabarnya ternyata berada di rumah ini.

Lihat selengkapnya