Anantara Rasa

JAI
Chapter #63

62. Maaf



Bel pulang bersambut di senja hari untuk menuntun Freya segera mengayuh sepeda. Lambaian lembut dari seorang pria yang tengah menunggu di halte itu kini ia simpan di dalam ingatan untuk dikenang nanti malam. Ia menolak untuk diantar menuju ke rumah dan lebih memilih menaiki bus sebagaimana ia pergi sebelumnya. Oleh karena itu, bersepeda Freya menuju rumah sendirian, ditemani oleh angin jalanan yang berdebu.

Matahari seakan mengejarnya ketika bergerak. Meskipun bersinar lebih redup, tetapi cahayanya hangat layaknya pagi hari pukul delapan. Wangi senja menyeruak ke hidung Freya sebagai detak penghujung hari yang penuh debu dan asap. Gemincing bunyi mainan kunci pada tasnya bercampur dengan klakson kendaraan yang saling memacu untuk didengar. Freya tetap berhati-hati di tepi jalanan, memberi jalan kepada pengguna jalanan lain yang memakai kendaraan bermesin. Freya menikmati perjalanan senja kali ini, meskipun terpikirkan cara bagaimana mengembalikan Arion ke club kembali.

Melintas hampir di dekat kawasan toko bunga Bougenville, sedikit membuatnya ingin berkunjung ke sana untuk menyapa ibunya Arion. Namun, ia harus segera pulang untuk melakukan tugas harian di rumah yang selalu ia lakukan. Sebelum itu, ia berniat untuk mampir ke sebuah minimarket untuk membeli sejumlah benda yang akan ia stok di kamar. Oleh karena itu, Freya belokkan sebentar sepedanya menuju sebuah minimarket.

Sebagai wanita, tentu saja ia memiliki benda-benda perawatan diri. Freya rasa seluruh wanita pasti punya, meskipun ia tak seperti wanita lain yang memiliki beragam macam benda perawatan diri. Cukup sederhana, tidak perlu membeli benda yang mahal, cukup merk mainstream yang selalu dipakai olehnya. Selain itu, Freya turut membeli minuman yang akan ia nikmati di kamar nantinya.

“Mbak ... ini belanjaan saya―” Freya terpaku pada tangan yang sama-sama menjulur untuk memberikan belanjaan pada kasir.

“Minuman dia biar saya yang bayar, Mbak.” Tangan sebelah Raka meletakkan dua buah mie cup.

“Raka?” Mata Freya melebar berkat Raka yang tiba-tiba berada di sampingnya.

Pria itu masih mengenakan seragam sekolah. Padahal, hampir seharian penuh ini Raka tidak ada di kelas. Memang, Raka merupakan orang yang sibuk di sekolah dengan segala aktivitas organisasinya. Tidak heran bagi Freya jika Raka tidak masuk kelas seharian. Namun, ia masih tidak percaya bertemu dengan Raka di sore hari ini.

“Duduklah sebentar ... gue tunggu di luar,” ucap Raka sembari memberikan sejumlah uang pada kasir. “Itu mie jangan lupa diseduh. Lo pasti lapar kan sore-sore begini.”

Tidak Freya balas, ia hanya mengangguk dengan sedikit membuang wajah. Cukup canggung dengan seluruh hal yang terjadi akhir-akhir ini. Freya segera membayar barang yang ia beli, setelah itu menyeduh mie cup yang Raka berikan. Sementara itu, Raka sudah duduk di meja luar sembari melihat handphone-nya. Melangkah Freya keluar dengan membawa mie cup begitu hati-hati. Disambut oleh Raka dengan senyum tipis dan mempersilahkan Freya untuk duduk di hadapannya. Tanpa basa-basi, Raka segera menikmati mie miliknya dengan suapan pertama yang besar.

“Kok bisa sampai di sini?” tanya Raka.

“Harusnya gue yang tanya begitu sama lo,” balas Freya.

Raka menegapkan tubuhnya. Mie miliknya terlampau pedas sehingga ia segera menyicipi minuman dingin.

Lihat selengkapnya