Anantara Rasa

JAI
Chapter #69

68. Berhenti



Dinginnya tatapan itu menyesap di dalam kenangan, menghentikan waktu yang tengah berjalan pada teriknya hari. Hentak tangan penonton yang bertepuk tangan hanya berupa suara gema-gema kecil di ruangan tanpa udara, perhatian terlalu tertuju kepada tegap tubuh pria berpandang teduh itu. Akhirnya bertemu sorot mata itu dalam satu titik, memberikan Freya semangat yang berlebih. Kepercayaan dirinya bertumbuh seketika berkat kehadiran Arion. Tidak ia cemaskan mereka yang menonton, atau pun peserta yang lebih berkompeten darinya, yang terpenting ialah dirinya saat ini.

Bersorak penonton ketika Freya melakukan penutupan gerakan pedang seperti karakter Asuna di animenya. Penampilannya diakhiri dengan apik dan tepuk tangan gemuruh yang meriah. Suara dukungan itu menggema ke udara, terbang ke langit menyentuh cahaya terik mentari yang tertutup oleh helaian daun pepohonan. Tangan-tangan tegas juri menilai kemudian, Freya bersiap dengan seluruh kemungkinan yang ada. Akhirnya, Freya berpamitan kepada semuanya untuk kembali turun dengan membawa kebanggan tersendiri, yaitu ia melewati hal tersebut dengan baik.

“Raka!” panggil Freya dengan tegas tatkala ia melewati anak tangga panggung yang terakhir.

Tidak ada pria itu duduk di kursi semula. Seluruh peserta menatapi Freya yang berkata sedikit keras. Ia pun meminta maaf dan segela keluar. Ingin secepatnya ia berkata kepada Raka bahwa Arion ada di sini. Raka seharusnya bisa membujuk Arion sekali lagi untuk tampil bersama Karin. Rasanya, tidak percuma Arion datang ke sini semata-mata untuk melihat dirinya tampil apabila Arion turut ikut mengiringi Karin bernanyi nantinya. Tidak ia pedulikan fakta jika Arion sebenarnya masih menyimpan rasa dengan mantannya tersebut, tetapi ia ingin melihat Arion memenangkan perlombaan.

Freya berlari keluar tenda persiapan. Langkahnya ia percepat untuk mencari pria itu segera. Cahaya luar yang terang menyeruak masuk ke dalam ketika Freya membuka tirai tenda tertutup itu. Dari matanya yang silau, dengan jelas Freya melihat seseorang berdiri tepat di hadapannya. Freya berhenti berlari mencari Raka, tetapi fokus kepada wajah yang ia tatap.

“Kak Adit? Arion mana?” tanya Freya dengan tergesa-gesa.

“Ikut gue ....” Tangan Freya digenggam oleh Adit dengan erat. Mereka pun bergerak untuk berjalan. “Arion baru aja akan tampil bersama Karin. Lo harus gue bawa paling depan biar lo dengan jelas ngelihat Arion tampil.”

Freya menatap wajah Adit. “Bagaimana bisa Arion bisa tampil tanpa menolak? Raka ngebujuk dia lagi?”

“Ceritanya panjang ... sekarang lo harus cepat. Di dalam aula banyak banget orang. Kita bakal enggak bisa ke baris terdepan.”

Setengah tidak percaya, rasa penasaran itu membawa Freya melangkah lebih cepat ke aula fakultas. Mereka sampai di depan gedung aula fakultas beberapa saat kemudian. Pintu utama hanya satu yang dibuka, tetapi dari luar sini terlihat sesak sekali. Benar adanya ada sebuah panggung di dalam sana, tetapi Freya tidak melihat dengan jelas siapa gerangan yang akan tampil. Baginya, hanya suara pembawa acara lomba akustik terdengar dari pengeras suara hingga keluar ruangan. Oleh karena itu, Freya meminta Adit untuk membawanya masuk ke dalam.

“Beri tepuk tangan yang meriah buat Karin dan Arion!” seru pembawa acara tersebut.

Jemarin Freya menarik ujung kemeja yang dikenakan oleh Adit. “Itu Arion!”

Lihat selengkapnya