Anantara Rasa

JAI
Chapter #76

75. Untuk Selalu Bersama



Freya tarik semua rasa sesal yang sempat terucap di malam hari, tepat di mana momen itu terjadi. Tiada kejadian terjadi seperti yang ia pikirkan, hanya sebuah kesalahpahaman yang perlu pengertian. Freya mengucap kata maaf, berharap Arion mendengarnya kali ini. Hanya saja, jarak telah tercipta tanpa pernah tahu tujuan si rindu. Arion masih tanpa berita, berjalan dengan keinginannya sendiri untuk menenangkan diri. Tidak ada celah untuk mengetahuinya. Freya harap esok pagi pria itu akan menunggu dirinya tepat di muka pagar, lalu saling bercerita bahwasanya mereka telah saling mencintai.

Tidak ada kisah yang semenarik ini baginya, daripada dua orang yang saling mencintai. Selama ini kisah romansa di buku-buku dan nuansa animasi Jepang romantis yang ia tonton selalu melarutkan hati. Setiap kisah yang diikuti menyiratkan maksud tersembunyi, bahwa ia ingin pula seperti itu, bagaimana dua orang tanpa pernah mengucap, ternyata saling mencintai. Akhirnya, kisah itu bagaikan turun menyesap dalam sukma. Ia telah ada di dalam cerita itu, dengan dinginnya kemilau rindu yang masih terselubung tanpa kehadiran Arion kali ini.

Sejak kapan semua ini menjadi cinta? Padahal mereka diawali dengan ketidakakraban, melalui tatap dingin Arion yang dingin itu. Lalu, pertemuan yang kebetulan terjadi, menciptakan sebaris percakapan. Perbincangan kecil satu per satu beralur kepada perkenalan. Mereka dekat, saling bercerita mengenai hati masing-masing, terutama tentang gemeretak patah hati. Jika patah hati yang merekatkan mereka, maka cinta pula yang sempat merenggangkannya. Namun, cinta yang suci itu terlalu jujur. Akhirnya, Freya paham bahwasanya masing-masing dari mereka hanya perlu untuk menilai diri sendiri. Mereka hanya salah paham.

Sekolah hanya setengah hari. Sepanjang waktu dihabiskan untuk mendukung kelas yang bertanding. Kemenangan demi kemenangan terlihat dari senangnya wajah dan tabuh alat musik pukul yang semarak. Semenjak Adit menceritakan hal yang sebenarnya mengenai Arion, semangat Freya perlahan tumbuh. Hal itu masih bertahan hingga ia pulang, terutama ketika ingin mengambil sepeda. Semakin tidak sabar saja ia bertemu dengan pria itu.

Gagang sepeda Freya ditahan seseornag. Suaranya pelan meminta Freya untuk bertahan sebentar.

"Freya, gue mintaa maaf."Wajah Karin turun menatap Freya. "Gue mengaku salah dan semua ini gara-gara gue."

Freya terdiam sesaat. Tangannya melepaskan genggaaman pada stang sepeda. "Kenapa sih lo tega banget? Gue kira kita ini teman. Lo tahu Arion itu pacar gue dan lo berani main di belakang."

Tidak sanggup Karin menjawab pertanyaan itu. Ia sudah berada di titik akhir, di mana ia harus menghentikan langkah demi keinginannya sendiri.

"Entah setan apa yang memengaruhi gue, Freya. Gue abis akal untuk itu. Gue minta maaf banget."

"Minggirlah Karin, gue pengen pulang." Freya menggeser tangan Karin. "Anggap aja enggak terjadi apa-apa dan kita bersikap biasa di club. Walaupun gitu, gue masih belum bisa maafin lo."

"Freya ... tunggu dulu―"

Lihat selengkapnya