28 September 2020, Di sebuah sekolah bernama SMA Citra Sanjaya. Sedang terjadi keramaian dengan sorakan para murid sekolah bahkan staff dan guru. Sekolah yang dikenal cukup elite dengan bangunan dan sistem pembelajarannya itu sedang mengadakan turnamen basket antar kelas.
“ANANTA!!”
“NANTA SEMANGAT!!”
“LOPYU BUAT YANG NOMOR SEPULUH!!”
Banyak sekali pujian para gadis untuk sang pangeran sekolah atau sering disebut the school prince. Wajar saja begitu, karena dengan tubuh atletik, kulit putih, dan wajah tampan. Laki-laki itu selalu menjadi sorotan para siswi disekolahnya.
Ananta Leo Jifran atau biasa dipanggil Nanta. saat ini ia berada dibangku kelas XI IPA-1, dan menjadi kapten pada Club Basket tingkat kelas dua. Sedari kecil ia sangat menyukai basket karena melihat sang kakak.
Walaupun ia menjadi idola para gadis, Nanta tak begitu tertarik dengan gadis-gadis disekolahnya. Ia begitu dingin dan sangat sulit didekati. Dan entah karna apa laki-laki itu selalu menjauhkan diri dari mereka. Namun pada sifat Nanta yang begitu dingin pada wanita, ia cukup akrab dengan teman-teman sesamanya.
Setelah semua pertandingan selesai yang tentu saja juara satu tersebut dimenangkan oleh tim Nanta. para juara tengah berbaris untuk pembagian piala tersebut.
“Beri tepuk tangan untuk sang juara!!” sambutan dari MC yang membantu memeriahkan acara.
Suara tepukan dan sorakan positif bergemuruh menghiasi suasana disana. Sang kapten meraih gagang piala dengan senyum datar dan mengangkatnya tepat di atas kepalanya yang semakin membuat meriah para penonton.
Beberapa menit sudah berlalu. Saat ini Nanta dan yang lainnya sedang berada diruang ganti sehabis pertandingan. Walaupun begitu, keringat yang membasahi sebagian tubuh mereka masih menetes hingga mereka harus mengeringkan tubuh mereka dengan handuk sebelum mengganti pakaian.
Tok.. tok.. tok!!
“Dengan siapa dimana?” kata Dion dengan usil.
“Kita mau ngasih hadiah nih, bukain dong!!” ucap para gadis dari balik pintu.
Dengan cepat tanpa kompromi, Dion langsung membuka pintu ruangan yang memisahkan mereka dengan para gadis tersebut.
Kreeett..
“Wanjir, gue belom pake baju pekok! Main buka aja.” Pekik Galih yang langsung menutup tubuhnya dengan handuk.
Terlihat tiga orang gadis cantik yang tengah memegang kotak kado dengan ukuran yang berbeda dari masing-masing gadis.