Anatomi Mimpi

Ariya Gesang
Chapter #10

Origami

Setelah merasakan pengalaman persetubuhan pertamanya, Friska Akasia duduk menyendiri di dalam kamar di markas Garuda Mistik. Kamar yang diberikan khusus untuknya sebagai salah satu fasilitas keanggotaan. Wanita itu duduk mengenakan piama hijau, menonton TV yang nyaris semua salurannya menyiarkan berita—lebih sering berita pembunuhan gadis-gadis oleh Jubah. Walaupun kebanyakan gadis terbunuh di luar rumah, tak satu pun ada kamera pengawas yang berhasil merekam pembunuhan-pembunuhan itu.

Meski sedang menonton TV, pikiran Friska masih diselingi oleh romansa pemandian air panas. Aroma kopi dari parfum yang dikenakan Edo masih kental di kepala. Perasaannya bercampur aduk, ada senang dan cemas—kebanyakan senang. Friska mengerti bahwa ini adalah mimpi dan wanita itu berhak melakukan hal apa saja di dalam mimpi, termasuk bercinta dengan tipe pria idamannya. Namun, Friska sendiri tidak tahu apa ia bisa menahan nafsunya jika terjebak dalam romansa yang sama di dunia nyata.

Wanita itu menekan remot dan mengganti saluran, Najwa Shihab kedatangan tamu pria tua berbadan gendut yang rambutnya putih cenderung menguning. Tertulis keterangan di bagian bawah layar bahwa pria itu bernama Kevin, saksi pembunuhan Dinda Amelia—gadis yang mati di pinggir lapangan basket.

Laki-laki!” kata Kevin, “waktu itu mukanya sempet kena lampu di pinggiran.

Tapi bukannya lampu jalan dipadamkan, Pak?” tanya Najwa, wanita itu mengernyit seraya menggulir tablet di meja, mungkin menyiapkan pertanyaan berikutnya.

Ya, kejadiannya kan sebelum Jam Malam, lampu jalan masih pada nyala.”

Oke, terus ada ciri-ciri lain yang Pak Kevin ketahui tentang Jubah, nggak? Misalnya cara dia berjalan atau gestur apa aja yang Pak Kevin sempat lihat?”

Jalannya cepat. Dia cuma lewat di dekat Dinda gitu, terus tiba-tiba Dinda jatuh tanpa kesentuh. Pas saya deketin, ternyata Dinda udah mati. Sininya berdarah-darah.” Kevin menyentuh lehernya sendiri yang lebar dan pendek.

Lihat selengkapnya