Anatomi Mimpi

Ariya Gesang
Chapter #22

Lea

Friska Akasia mengernyit memandangi wajah Bardi yang kebingungan, sudah lebih dari dua detik dan pria itu belum bisa menjawabnya. Bahkan hampir mendekati sepuluh detik. Saat ini ia sangat yakin bahwa Bardi tidak akan bisa menjawabnya. Artinya latihan malam ini selesai, tetapi Friska tidak merasa senang, karena wanita itu memang butuh jawaban dari pertanyaannya. “Aku nggak tahu,” jawab Bardi.

“Serius kamu nggak tahu? Berarti latihan kedua selesai secepat ini?”

Bardi memandangi tuksedonya bak merasa ada yang salah. Mungkin mantranya kurang? Atau mungkin ada pengaruh lain? Friska mencoba untuk menduganya. “Baju ini nggak bereaksi, seharusnya ada kancing yang lepas satu, atau jahitan yang rusak misal pertanyaan kamu itu berasal dari dunia nyata. Artinya, yang kamu tanyain benar-benar berasal dari dunia mimpi ini.” Pria itu membalik lengannya dan memeriksa setiap detail jahitan. “Padahal bukan pertanyaan itu yang seharusnya bisa bikin kamu selesein latihan ini.”

“Bukan pertanyaan itu? Terus pertanyaan apa?”

“Harusnya, satu-satunya pertanyaan yang nggak bisa dijawab adalah di mana keberadaan Jubah saat ini? Seharusnya kamu tanyain itu. Aku bingung banget, kenapa baju ini nggak bisa bikin aku jawab pertanyaan kamu barusan? Ini pertama kalinya aku gagal.”

“Tapi aku beneran denger bisikan, loh! Aku nggak bohong! Biasanya datang kalau aku mau bangun ke dunia nyata.”

“Iya, aku percaya kamu.” Bardi menatap Friska. “Kalau pertanyaan kamu mengandung kebohongan, kucing ini bakalan nyerang kamu.”

“Hah? Kenapa kamu nggak bilang dari awal?”

“Sekalian nguji kejujuran kamu, tapi serius aku masih bingung kenapa aku nggak bisa jawab pertanyaan siapa orang yang bisikin kamu?”

“Mungkin kamu belum maksimal ngasih mantranya?”

“Udah.”

Friska bersandar di sofa dan tetap memandangi Bardi. Saat ini pria itu terllihat seperti koki yang menemukan rasa aneh pada masakannya sendiri. Friska tidak merasakan hal berarti yang didapatkannya pada latihan kali ini, sangat berbeda dengan ketika latihan pertama, di mana ia mendapatkan keberanian untuk tetap bisa fokus menemukan jalan keluar dari jalur labirin. “Kalau gitu, apa manfaat buat aku ikut latihan kedua ini?” Wanita itu pun mempertanyakannya. “Selain tahu kalau ternyata Yui pacaran sama Dean.”

“Wawasan,” jawab Bardi. “Seharusnya latihan malam ini udah selesai, tapi karena tujuan dari latihan ini adalah untuk menambah wawasan kamu tentang dunia ini, kamu berhak tanya banyak hal lagi. Aku mau duduk di sini temenin kamu. Siapa tahu kita juga temukan jawaban tentang bisikan gaibmu itu.”

Lihat selengkapnya