Anatomi Mimpi

Ariya Gesang
Chapter #29

Bisikan

“Kenapa sih lo mau tinggalin gue, Kak?” seru Yui Edelweiss bertanya pada Friska. Malam ini gadis itu terkejut mendengar cerita Dean, bahwa kakaknya hendak bunuh diri dengan cara menyeberang ke jalan raya. Friska duduk miring di sofa ruang tamu seraya terus menerus menangis, sedangkan ayahnya berdiri di dekat pintu, Yui melarang ayahnya untuk mendekati Friska, karena takut ayahnya akan memarahi sang kakak yang mentalnya sedang lemah.

“Gue sama sekali nggak repot,” lanjut Yui. “Misal lo tinggalin gue sama Papa, artinya lo egois, Kak! Lo nggak sayang sama gue, Kak? Lo sayang sama Papa apa, nggak? Lo harus relain Mama! Mama jelas nggak suka sama tingkah lo yang kayak gini! Mama udah capek-capek besarin lo dari kecil, banting tulang buat ngasih makan, tapi setelah gede lo malah pengin bunuh diri!” Yui menangis, bola matanya berkaca-kaca dan merasa kesal karena menyadari bahwa pikiran kakaknya sangat sempit.

“Udah, Yui,” kata Dean, kemudian pria itu beringsut melangkah dan jongkok di depan Friska. “Friska, lihat gue, tolong.” Friska pun mengusap matanya dan melihat Dean, kini Yui mencoba mengatur napas dan meredakan kekesalan. 

“Lo kenal Dokter Sanusi, kan? Yang nulis Anatomi Mimpi?” lanjut Dean bertanya, Friska pun mengangguk. “Gue baru aja menangin tiket seminar dan liburan. Nah, kemarin itu, gue ngasih tahu dia kalau gue punya temen yang juga punya mimpi berkelanjutan. Gue tahu mimpi lo berkelanjutan, Yui yang cerita. Karena itu gue minta Dokter Sanusi buat meluangkan waktunya ketemu sama lo. Dokter Sanusi mau, bahkan tadi dia ngajak gue makan malam di rumahnya. Dokter Sanusi janji nggak bakal maksa kamu ke rumah sakit, dia cuma mau dengerin keluhan dan mimpi kamu. Jadi, kalau kamu masih sayang sama Yui dan Papa, cobalah buat ketemu Dokter Sanusi. Kesempatan ini satu banding seribu, ada banyak orang yang pengin dirawat sama dia. Dia udah berpengalaman, nanti aku bacain bukunya ke kamu. Aku janji.”

Friska pun mengangguk lagi dan mengusap air matanya. Kini Yui merasa jauh lebih tenang, gadis itu bersyukur Dean datang di saat yang tepat. Penyesalan datang lantaran Yui terlelap saat menjaga Friska. Gadis itu berjanji pada dirinya sendiri tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.

***


Friska Akasia melangkah lesu menghadap Bardi di dalam perpustakaan, wanita itu merasa tidak becus menjadi orang terpilih di dunia mimpi ini. Ia merasa bahwa seharusnya sudah mati dan bertarung melawan Jubah dengan kekuatan penuh. Namun, kedatangan Dean telah mengganggu jalan pikirannya. Friska juga menyayangi Yui dan ayahnya di dunia nyata, mereka ingin Friska sembuh, karena itu ia menuruti permintaan Dean untuk membawanya ke dr. Sanusi.

Friska duduk di kursi dekat jendela, memandang deretan pohon pinus dan embun di tiap sudut jendela. “Bener kata Edo,” ucap Friska, “aku belum siap.”

“Ya, emang butuh waktu buat pilihan kayak gitu. Nggak gampang. Kalau boleh tahu, apa kamu udah mencobanya?”

Lihat selengkapnya